Rabu 08 April 2020
YEFTA – MENEPATI NAZAR
Yefta : – Pahlawan perkasa – Anak perempuan sundal – Menepati Nazar
Bacaan Sabda : Hakim 11:29-40
Hakim-hakim 11:36 “Tetapi jawabnya kepadanya: Bapa, jika engkau telah membuka mulutmu bernazar kepada TUHAN, maka perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan itu, karena TUHAN telah mengadakan bagimu pembalasan terhadap musuhmu, yakni bani Amon itu.”
Yefta seorang pahlawan perkasa terbentuk di tengah para petualang dan para perampok. Saudara-saudara tiri Yefta mengusirnya, karena Yefta yang terlahir dari perempuan sundal dianggap tak berhak menjadi pewaris ayah mereka, Gilead. Tetapi saat Israel menderita oleh penjajahan Amon masyarakat Israel justru memanggil Yefta menjadi pemimpin mereka. Yefta menyadari ketidak-layakannya menjadi pemimpin, tetapi hatinya terpanggil untuk mengurangi penderitaan bangsanya. Karena Yefta mempunyai iman yang sangat lemah sebab tidak disertai karakter yang baik, mengarahkannya menyerahkan seluruh perkaranya itu kepada Tuhan. Iman yang lemah bila difungsikan bisa pasti lebih baik dari iman yang kuat tetapi didiamkan. Allah mendengar doa Yefta dan tidak membiarkannya berjuang dengan kekuatannya yang terbatas. “Roh Tuhan menghinggapi Yefta” (Hakim 11:29). Sejak saat itulah Yefta memperoleh kuasa adikodrati dari Allah.
Roh Allah selalu saja melengkapi para pemimpin dan pelayan umat-Nya dengan kemampuan, kekuatan dan kebijaksanaan dalam memimpin dan melayani. Yefta sangat menyadari bahwa dia membutuhkan penyertaan Allah dalam memimpin umat Tuhan. Ada kesalahan fatal yang dilakukan Yefta. Karena semangatnya untuk membebaskan umat dari penjajahan orang Amon. Yefta bernazar atau membuat janji kepada Allah, bila dua menang dalam peperangan menaklukkan Amon, dia akan mempersembahkan apa dan siapapun keluar dari rumahnya menyambut kemenangannya. Tidak tanggung-tanggung, bahwa dia mempersembahkannya sebagai korban bakaran. Allah pun memberi kemenangan kepada Yefta dan saat dia pulang dia disambut oleh anak semata wayangnya, putri yang sangat dikasihinya. Tidak mudah bagi Yefta menggenapi nazarnya, tetapi dia tetap menggenapinya karena dia takut kepada Allah.
Ada dua pendapat cara Yefta menggenapi nazarnya:
- Pertama: ada yang menyimpulkan Yefta betul-betul mempersembahkan putrinya sebagai korban bakaran, karena putrinya betul-betul mentaati ayahnya tanpa bantahan.
- Kedua: sebagian berpendapat bahwa Yefta tidak mengorbankan anaknya sebagai korban bakaran. Karena para imam dan tua-tua Israel mencegahnya, sebab bertentangan dengan firman Allah. Putrinya “Tidak pernah mengenal laki-laki”, berarti mengabdikan seluruh hidupnya pada pelayanan di kemah suci. Tetapi yang pasti, Yefta betul-betul menggenapi nazarnya. (MT)
Iman lemah yang dioperasikan jauh lebih bermanfaat dari iman kuat yang didiamkan.