Senin 16 Maret 2020
MUSA – SANG PEMIMPIN
Musa : – Meninggalkan istana – Menjadi gembala – Merendahkan hati
Bacaan Sabda : Kel. 3:1-22
Keluaran 3:5-6 “Lalu Ia berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus. Lagi Ia berfirman: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.”
Musa sempat beranggapan bahwa pendidikan di istana dapat diandalkan untuk membela kepentingan orang Israel. Itulah sebabnya dia tidak dapat menahan diri melihat saudara sebangsanya diperlakukan tidak adil oleh mandor Mesir. Rasa solidaritasnya langsung terusik. Dia pun menggunakan kuasanya sebagai pangeran membunuh orang Mesir. Menurut logikanya bahwa saudara sebangsa yang dibelanya akan merasa terlindungi sehingga merahasiakannya. Ternyata pikirannya salah. Dia diadukan sehingga dia harus melarikan diri.
Allah Sedang mempersiapkan Musa menjadi seorang pemimpin yang rendah hati dan melayani bukan pemimpin Arogan yang menguasai. Pendidikan kelas satu di istana memang adalah pendidikan untuk seorang pangeran agar mempunyai kemampuan untuk menguasai. Bagi seorang pemimpin umat pilihan Allah pengetahuan tinggi dan kedudukan Tinggi saja tidaklah memadai. Itulah sebabnya Allah menuntun Musa agar menjalani pendidikan praktek kerja nyata. Menurut Musa dia hanyalah seorang pangeran pecundang yang melarikan diri ke Midian. Tetapi Allah mengaturnya begitu rupa agar menjadi kesempatan bagi Musa untuk melanjutkan pendidikannya ke level yang lebih tinggi. Musa menjadi seorang gembala yang bekerja pada Yitro yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Pendidikan menjadi gembala kambing domba sering dipakai Allah untuk membentuk hamba-hambanya menjadi rendah hati, seperti halnya Yakub Dan Daud. Yesus sendiri menyatakan dirinya adalah gembala yang baik. Selama melakukan tugas sebagai gembala, Allah melatih Musa bukan saja rendah hati tetapi juga lembut dan tulus. Tidak mudah seorang pangeran yang terbiasa mendapat pelayanan terbaik beralih secara cepat menjadi gembala yang mengiringi kambing domba ke padang rumput yang hijau. Ternyata Musa mampu menjalaninya. Sebelum Musa melakukan tugasnya sebagai pemimpin yang mengembalakan umat Allah dia harus menjalani pendidikan yang terarah membentuk hatinya.
Musa harus belajar sabar dan hidup menjadi Gembala dapat membentuknya menjadi orang yang sabar. Tidak tanggung-tanggung, karena Musa menempuh sekolah kehidupan ini selama 40 tahun disertai dengan disiplin ketat dan keras di padang belantara. Setelah Allah melihat bahwa Musa sudah betul-betul lulus barulah Allah mengutusnya. Dari cara dan ketaatannya merespon pengutusan Allah kepadanya untuk memimpin umat Israel keluar dari Mesir. Membuktikan bahwa dia sudah siap menjadi pemimpin yang melayani. (MT)
Allah memproses Musa sehingga menjadi seorang pemimpin beriman,berilmu dan berbudi.