Selasa 31 Desember 2019
KETEGARAN RASUL PAULUS
Yeremia 49-50; Mazmur 143; Galatia 2
Ayat Mas / Renungan
Galatia 2:5-6 “Tetapi sesaat pun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu. Dan mengenai mereka yang dianggap terpandang itu — bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka bagaimanapun juga, mereka yang terpandang itu tidak memaksakan sesuatu yang lain kepadaku.”
Rasul Paulus sangat bersikap radikal kepada kebenaran Injil, tetapi bila berhadapan dengan banyak orang dengan segala pendapatnya dia cukup toleran. Dalam pelayanannya rasul Paulus bersikap toleran dan sabar terhadap banyak hal tetapi bila berhubungan dengan kebenaran Injil dia sangat teguh dan tegar dalam mempertahankan dan memperjuangkannya.
Ada alasan-alasan kuat yang mendasari ketegaran rasul ini, antara lain karena dia menerima kebenaran Injil adalah suatu pernyataan langsung dari Tuhan Yesus. Suatu fakta langsung yang diterima dari Yesus bahwa Injil memiliki kuasa untuk menyelamatkan dan mengubah hidup semua orang percaya. Itulah sebabnya Injil tidak boleh berkompromi dengan gagasan manusia demi apapun. Belakangan ini semakin jelas bahwa sama seperti rasul Paulus kita harus siap mempertaruhkan hidup untuk mempertahankan kebenaran Injil. Bahaya membelokkan kebenaran Injil ternyata bukanlah hal yang baru. Kenyataannya bahaya pembelokan kebenaran ini justru datang dari para pemberita yang sangat berpotensi dalam mempublikasikan gagasannya. Dan semakin cepat terserap publik karena kenyataannya publik pun pada umumnya sudah terjebak kepada sikap memandang muka
Publik mengukur kebenaran seseorang dari kecerdasan dan sukses seseorang. Rasul Paulus dapat dijadikan teladan karena tidak mau tersandera orang-orang terpandang. Rasul Paulus mengenal Allah sebagai Allah yang tidak memandang muka.
- Kebenaran Injil adalah untuk semua orang. Injil adalah pemberian Allah untuk semua orang tanpa membedakan faktor keturunan, reputasi, kedudukan dan prestasi.
- Kebenaran Injil pun tidak boleh bersumber dari orang yang dianggap cerdas dan dipandang sukses.
- Kebenaran Injil tetap harus diukur dari Alkitab sebagai firman Allah.
- Tidak boleh juga diukur berdasarkan pendapat seseorang yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menafsirkan Alkitab. Karena Alkitab sebagai firman Allah hanya dapat ditafsirkan oleh Alkitab itu sendiri.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa dia tidak berkompromi terhadap apapun yang mencoba membelokkan kebenaran Injil apalagi demi menyenangkan orang terpadang. Dan ternyata orang terpandang pun tidak mempengaruhi rasul Paulus untuk menuruti keinginan mereka. Terbukti bahwa ketegaran rasul Paulus untuk mempertahankan dan memperjuangkan kebenaran Injil sangat berdampak pada zamannya hingga sekarang. (MT)
Kita perlu berusaha melindungi diri agar tetap aman dan sehat tapi tetaplah umur ditangan Tuhan.