Rabu 25 Desember 2019
NYANYIAN SUKACITA
Yeremia 37-38; Mazmur 137; 1 Petrus 4
Ayat Mas / Renungan
Mazmur 137:1-3 “Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. “Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. “Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita…”
Menyanyikan nyanyian sukacita untuk memuji Tuhan sudah merupakan kebiasaan orang Yehuda sebagai umat Allah. Rupanya kebiasaan baik itu hilang saat mereka tertawan ke Babel. Nabi Yehezkiel menyampaikan amanat Allah kepada umat yang terbuang. Rupanya Mazmur 137 ini adalah merupakan gubahan nabi Yehezkiel yang hidup bersama umat Allah lainnya tinggal dekat sungai Kebar di Babel. Mazmur ini merupakan ungkapan yang bersumber dari fakta yang dialami di negeri pembuangan. Yehezkiel menggambarkan kondisi umat di negeri pembuangan. Di tepi sungai Babel mereka duduk sambil menangis mengingat Sion. Mereka tak habis pikir kota Yerusalem akan hancur bagaikan kota mati. Umat Allah yang tinggal, tetaphidup menderita dalam kejahatan yang terus merajalela. Bila saja semua orang Yehuda rela menyerahkan diri ke Babel sesuai perintah Allah melalui nabi Yeremia, mungkin Yerusalem tidak akan hancur.
Di Babel, Yehuda menderita, tetapi penderitaan terbesar mereka adalah kerinduan kembali ke Yerusalem. Kehidupan sehari-hari umat cukup terjamin tetapi tidak bebas lagi memuji Allah seperti di bait Allah. Yehezkiel menyatakan bahwa umat telah menggantungkan kecapi mereka pada pohon gandarusa. Kepada umat yang putus asa inilah Allah mengutus nabi Yehezkiel. Yehezkiel menjelaskan alasan umat harus tertawan ke Babel. Nabi Yehezkiel menjelaskan pula bahwa pada saatnya mereka akan dikembalikan lagi ke Yerusalem. Tak henti-hentinya nabi Yeremia menjelaskan bahwa pada saat yang ditentukan Allah keadaan umat itu akan dipulihkan.
Ada hal yang menyakitkan tapi cukup menarik mengenai sikap orang Babel kepada umat tertawan ini. Orang Babel sebagai penawan umat Allah meminta agar umat Allah menyanyikan nyanyian sukacita. Tentu ini merupakan tantangan bagi umat Allah yang terkenal sebagai umat yang gemar memuji Allah melalui nyanyian sukacita. Tetapi umat Allah telah kehilangan kebiasaan baik di negeri pembuangan. Mereka hanya dapat menjadi umat yang gemar menyanyikan dengan sukacita memuji Tuhan di kota Yerusalem. Lagi pula orang Babel sepertinya bermaksud hanya untuk menyindir, apakah umat Allah tetap mampu menyanyi dalam kondisi sebagai tertawan. Tetapi umat seperti Daniel dan ketiga orang sahabatnya pasti tetap menyanyi, memuji Allah di negeri pembuangan. (MT)
Umat Tuhan tidak akan kehilangan nyanyian sukacita untuk memuji Allah dalam segala situasi.