Selasa 17 Desember 2019
MEMILIH DENGAN CERDAS
Yeremia 21-22; Mazmur 129; Yakobus 1
Ayat Mas / Renungan
Yeremia 21:8-9 “Tetapi kepada bangsa ini haruslah kaukatakan: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menghadapkan kepada kamu jalan kehidupan dan jalan kematian. “Siapa yang tinggal di kota ini akan mati karena pedang, karena kelaparan dan karena penyakit sampar; tetapi siapa yang keluar dari sini dan menyerahkan diri kepada orang-orang Kasdim…”
Zedekia adalah raja Yehuda yang terakhir yang masih memerintah ketika Yerusalem betul- betul hancur oleh kekuatan Babel. Sebenarnya tidak perlu hancur kalau saja raja-raja Yehuda termasuk Zedekia mentaati petunjuk Allah melalui Yeremia. Tetapi memang sangatlah sulit menerima dan meyakini nubuat nabi Yeremia. Sulit karena nabi Yeremia menubuatkan Yehuda akan tertawan ke Babel sebab itu tidak perlu mengadakan perlawanan karena hanya menambah penderitaan umat. Makin sulit lagi karena para nabi palsu mengatakan harus mengadakan perlawanan karena Allah pasti memberi kemenangan. Untuk memperoleh kepastian raja Zedekia mengutus dua orang imam bertanya kepada nabi Yeremia “Apakah Allah akan menolong Yehuda mengalahkan Babel?” Yeremia menjawab “tidak”, yang betul Allah-lah yang akan melawan Yehuda dan menyerahkan Yehuda ke tangan Babel untuk dikalahkan dan ditawan. Akan terbukti bahwa semua usaha mereka melawan bukan hanya sia-sia tetapi justru semakin membuat umat menderita. Nubuat nabi Yeremia yang dianggap palsu ternyata benar.
Tetapi sebelum nubuat nabi Yeremua digenapi, Allah masih memberi kesempatan kepada raja Zedekia untuk memilih antara jalan kehidupan dan jalan kematian:
- Jalan kehidupan adalah menyerah kepada Babel dan ikut ke Babel sebagai tawanan.
- Jalan kematian adalah tetap tinggal di negeri Yehuda sebagai negeri perjanjian Allah untuk umat-Nya.
Dalam hal ini umat Allah termasuk Zedekia dihadapkan pada pilihan yang sulit. Dibutuhkan kecerdasan untuk menentukan pilihan. Ikut tertawan ke Babel adalah hukuman Allah atas umat-Nya. Jadi terus bertahan di Yehuda atau melawan kepada orang Babel adalah suatu sikap tidak mau menerima hukuman Allah. Jadi pilihannya adalah menerima hukuman Tuhan atau menolak hukuman Tuhan. Di sinilah letak perlunya kecerdasan dalam menentukan sikap. Daniel dan tiga orang sahabatnya adalah pemuda cerdas, dengan rela menerima hukuman Allah untuk ikut terbuang ke Babel. Mereka berpendapat bila datang dari Tuhan walaupun dalam wujud hukuman sudah pasti untuk kebaikan umat-Nya. Betul juga karena ternyata di negeri Babel Allah memakai mereka menjadi alat-Nya untuk menyatakan kemulian-Nya. Raja Zedekia yang melawan harus menyaksikan semua putranya dibunuh orang Babel di hadapannya. Dengan mata yang dibutakan dia dibelenggu sebagai tawanan ke Babel dan mati tak terhormat di negeri pembuangan. (MT)
Segala sesuatu yang dari Allah pasti baik adanya.