Kamis 21 November 2019
BERDOA DENGAN TEKUN
Yesaya 3-4; Mazmur 109:1-19; Wahyu 18
Ayat Mas / Renungan
Mazmur 109:1-4 “Ya Allah pujianku, janganlah berdiam diri! Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu ternganga terhadap aku, mereka berbicara terhadap aku dengan lidah dusta; dengan kata-kata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi aku tanpa alasan. Sebagai balasan terhadap kasihku mereka menuduh aku, sedang aku mendoakan mereka.”
Perikop ini adalah doa pemazmur yang sedang sasaran fitnah dari kelompok masyarakat tertentu. Pada saat dia sasaran fitnah dia sabar tak mengadakan klarifikasi tetapi memilih berdoa untuk para pemfitnahnya. Tidak mudah bersikap sabar menghadapi fitnahan. Biasanya bila kita yang difitnah langkah pertama yang kita lakukan adalah klarifikasi agar nama baik kita tak ternoda. Tetapi pemazmur memilih langkah yang berbeda dari sikap semua orang pada umumnya. Pemazmur berdoa termasuk mendoakan pemfitnahnya. Klarifikasi bukanlah hal yang salah, karena terkadang penting agar kesalahan tidak melebar dan menjadi konsumsi umum. Tetapi berdoa dan mendoakan tentulah hal utama dan pertama agar lebih tenang dalam menyikapinya.
Dalam waktu lama pemazmur berdoa tetapi ternyata pemfitnah semakin gencar memfitnah tanpa sedikitpun merasa bersalah. Saat itulah pemazmur berdoa “Tuhan janganlah berdiam diri”.
- Suatu doa yang mencerminkan suatu kerinduan yang mendalam agar Allah bertindak untuk mewujudkan keadilan-Nya kepada para penjahat di bumi.
- Suatu harapan agar Allah tidak mendiamkan, para penjahat merasa bebas merugikan orang lain demi keuntungan pribadi.
Sangatlah tepat harapan pemazmur bila Allah menghukum penjahat untuk melindungi pihak-pihak tak bersalah agar kejahatan dapat dikendalikan di tengah-tengah masyarakat. Pemazmur menilai Allah membiarkan orang jahat terus dengan kejahatannya, akibatnya korban semakin banyak. Dan biasanya korbannya adalah orang baik termasuk pemazmur. Pemazmur ternyata tidak melemahkan doanya saat merasa Tuhan berdiam diri. Tidak seperti umat Allah yang ditegur nabi Maleakhi karena menyatakan orang fasik lebih beruntung dari orang yang beribadah kepada Allah. Padahal yang terjadi adalah umat Allah melakukan ibadah hanyalah ritual agama belaka tanpa pengenalan yang benar kepada Allah. Ibadah dijadikan kegiatan fisik belaka tanpa melibatkan spiritual atau hubungan imani dengan Allah.
Ternyata Allah tetap pada janji-Nya akan memelihara umat yang beribadah dan takut kepada-Nya. Pemazmur menyadari bahwa Allah melatih umat-Nya justru melalui berbagai kenyataan yang menyulitkan termasuk difitnah dan diejek orang fasik. Doa pemazmur ini adalah doa berkesinambungan umat Allah sepanjang zaman tanpa di-indoktrinasi karena terlahir dari pengalaman hidup semua orang percaya. Dan doa ini digenapi sepenuhnya hanya ketika Allah mengutus anaknya Yesus untuk membinasakan semua kejahatan dan memerintah di atas bumi ini. (MT)
Ketika Allah seakan berdiam diri, waktunya umat-Nya semakin tekun berdoa.