Selasa 22 Oktober 2019
KESAKSIAN TENTANG KEBENARAN
2 Tawarikh 29; Mazmur 85; Yohanes 18:38 – 19:16
Ayat Mas / Renungan
Yohanes 18:37-38 “…Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku. Kata Pilatus kepada-Nya: “Apakah kebenaran itu?”
Pilatus sebagai pejabat publik tidak terlalu peduli tentang kebenaran sejati, sehingga dia tidak paham saat Yesus menyatakan bahwa perjuangan-Nya adalah kesaksian tentang kebenaran. Padahal kenyataan dalam lapangan Pilatus setiap hari berhadapan dengan kasus untuk menentukan seseorang benar atau salah di meja pengadilan. Pengadilan agama Yahudi sudah menjatuhkan hukuman kepada Yesus sebelum menjalani pengadilan resmi. Tetapi Yesus harus pula menghadapi pengadilan negara.
Berdasarkan pengadilan negara Yesus sama sekali tidak melakukan kesalahan. Pilatus sendiri membuat pernyataan resmi bahwa Yesus tidak bersalah. Pilatus dibuat bingung oleh vonis pengadilan agama yang dengan mudahnyamenjatuhkan hukuman mati kepada Yesus tanpa pelanggaran yang jelas. Ketika Pilatus mempertanyakan status Yesus sebagai raja yang dijadikan orang Yahudi sebagai alasan menyalahkan Yesus, Yesus menyatakan diri betul raja kebenaran yang datang untuk menyaksikan tentang kebenaran. Saat itulah Pilatus bertanya kepada Yesus “Apakah kebenaran itu?” Tetapi pertanyaan Pilatus tidak perlu dijawab karena Pilatus sendiri tidak ingin mencampuri standar kebenaran umat Yahudi yang bertentangan dengan standar kebenaran yang dinyatakan Yesus. Pilatus bertanya hanya untuk menyatakan kebingungannya. Setelah berdialog dengan Yesus, tetap saja Pilatus tidak menemukan kesalahan pada Yesus. Hanya saja Pilatus yakin bahwa Yesus mempunyai misi yang benar yang Pilatus sama sekali tidak mengerti.
Sikap Pilatus jauh lebih baik dari pemuka agama Yahudi. Pemuka agama Yahudi sudah tidak mengerti malahan menjatuhkan hukuman mati sedangkan Pilatus hanya mendiamkan saja. Tetapi Yahudi dan Pilatus sama-sama salah karena sama-sama menutup hati kepada kebenaran. Pemuka agama Yahudi yang menyerahkan Yesus kepada Pilatus mempunyai dosa lebih besar dari Pilatus (Yohanes 19:11). Pilatus sempat juga menyatakan kepada Yesus bahwa dia sedang mempunyai kuasa menjatuhkan vonis kepada Yesus. Yesus tidak membantah tetapi menjelaskan bahwa kuasa menjatuhkan vonis yang ada pada Pilatus adalah kuasa atas ijin Allah. Tetapi Pilatus tetap tidak berani menjatuhkan vonis tetapi juga tidak berani melepaskan Yesus walaupun tidak bersalah. Tetapi Pilatus tetap salah karena menyerah kepada permintaan umum demi kepentingan politik. Yahudi lebih salah lagi karena terang-terangan menolak Mesias mereka bahkan menyalibkan-Nya. (MT)
Tidak mudah menjadi saksi memutuskan kebenaran sebab itu lebih baiklah putuskan hidup dalam kebenaran.