Minggu 20 Oktober 2019
MASALAH ABADI
2 Tawarikh 26; Maleakhi 83; Yohanes 18:1-18
Ayat Mas / Renungan
2 Tawarikh 26:4-5 “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. “Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.”
Cukup membosankan mempelajari perjalanan hidup pemimpin-pemimpin Israel, yang mayoritas memulai dengan benar tetapi kemudian berakhir dengan buruk. Ada yang setia sampai akhir tapi jumlahnya tidak banyak. Uzia raja Yehuda menjadi salah satu contoh yang cukup jelas mencerminkan pola kepemimpinan raja-raja Yehuda. Uzia ditahbiskan menjadi raja Yehuda pada Uzia enam belas tahun untuk menggantikan ayahnya Amazia memulai dengan baik dan mengakhiri dengan buruk. Seharusnya Uzia sudah harus belajar dari dua dinasti yang masih dekat dengannya. Tetapi matanya seakan-akan tertutup melihat kenyataan yang masih tergolong peristiwa jelas di depan matanya. Dia tahu betul ayah dan kakeknya memulai pemerintahan dengan baik karena takut kepada Allah. Tetapi karena berubah setia kepada Allah di hampir akhir pemerintahannya, bukan hanya kondisi bangsa yang menuju kehancuran tetapi 2 orang raja Yehuda mati secara mengenaskan dan tidak terhormat sebagai orang nomor 1 di kerajaan Yehuda. Akan halnya dengan raja Uzia semakin mempertegas pola kepemimpinannya Yehuda yang selalu berulang melakukan hal yang sama.
Uzia memerintah Yehuda terbagi pada dua pola kepemimpinan :
- Pertama adalah masa-masa setia kepada Tuhan. Pada masa di mana Uzia selalu taat kepada firman Allah dan nasehat nabi Zakaria. Pada saat ini Allah nyata selalu melindungi kerajaan Yehuda dari serangan negara kuat yaitu Filistin. Dia melengkapi Yehuda dengan menara-menara pengawal. Negara makin kuat hingga terkenal sampai Mesir yang pernah memperbudak bangsa pilihan Allah itu. Pertahanan dan perekonomian kuat karena kehidupan iman terjaga dengan hidup setia kepada Allah.
- Kedua, adalah masa-masa hidup tidak setia kepada Allah. “Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak, ia berubah setia kepada Tuhan, Allahnya, dan memasuki Bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan” (2 Tawarikh 26:16). Sikap membakar ukupan ini adalah merupakan kesombongan, karena dia merasa lebih pantas dari imam, lagi pula dia merasa keberhasilannya adalah prestasinya pada hal adalah karunia Allah.
Jadi dia menjadi sama dengan ayah dan kakeknya mati dengan tidak terhormat. Allah sendiri menulahi Uzia dengan penyakit kusta hingga mati. Gagal mempelajari sejarah sebelumnya dengan baik adalah juga kegagalan meraih masa depan. (MT)
Memulai dengan benar tetapi tercemar setelah tenar adalah masalah abadi pemimpin Kristen.