Selasa 15 Oktober 2019
MENDEKAT KEPADA TUHAN
2 Tawarikh 20; Mazmur 78:56-72; Yohanes 14:1-14
Ayat Mas / Renungan
2 Tawarikh 20:3-4 “Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. “Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN.”
Yosafat adalah raja yang taat Firman dan berjuang untuk memurnikan penyembahan umat Allah agar tidak terdampak oleh penyembahan berhala. Tetapi bukan berarti Yosafat memerintah tanpa kesalahan. Alkitab mencatat bahwa Yosafat adalah raja yang baik dan takut akan Tuhan. Tetapi Alkitab juga mencatat bahwa Yosafat karena bersekutu dengan Ahab raja Israel Utara. Suatu persekutuan yang tak terhindarkan karena mereka diikat oleh kekeluargaan berbesanan. Rupaya perbesanan ini justru merugikan Yosafat. Bukan Yosafat yang memperbaiki penyembahan berhala Ahab, tetapi Ahab berhasil memberi dampak buruk ke Yosafat. Seharusnya bila orang percaya harus berhubungan dengan orang lain dari latar belakang iman yang berbeda, kepentingan kebenaran harus dimenangkan dan dimajukan. Komitmen orang percaya kepada Allah dan kebenaran-Nya jangan sampai tercemar.
Dalam keadaan iman yang lemah Yosafat mendapat ancaman dari bani Moab dan bani Amon membuatnya ketakutan. Iman yang lemah telah membuat Yosafat kehilangan keberaniannya. Untungnya kesadaran pengakuan akan kesalahannya muncul dan dia pun mengetahui bahwa tanpa Allah dia dan bangsanya tidak mempunyai kekuatan. Kesadaran yang tidak terlambat itu membuat Yosafat mengambil keputusan yang tepat yaitu mencari Tuhan. Ketika Yosafat dihadapkan pada situsasi tersulit dalam hidupnya dia mengambil sikap yang benar dan tepat. Kita dapat meneladani Yosafat dalam menghadapi situasi tersulit sekalipun dalam hidup kita seperti : Berdoa dan berpuasa. Dalam hal berpuasa bukan hal tidak makan dan lapar yang menjadi hal yang utama dan menjadi tujuan. Bila itu yang kita lakukan puasa kita hanyalah ritual agama yang kita anggap sebagai prestasi keagamaan. Tetapi puasa tidak boleh dipisahkan dari kehidupan daging dalam rangka memusatkan diri ke dalam kehidupan rohani. Hal itu berarti membangun intimitas dengan Allah. Kemudian meminta dukungan jemaat untuk bersatu dalam doa, karena mengakui ketidakmampuan diri sendiri.
Selanjutnya mentaati firman Allah dan tunduk kepada tuntunan Roh Kudus. Akhirnya yang juga tidak kalah pentingnya adalah membuktikan kepercayaan penuh kepada Allah dengan cara mengucap syukur dengan hati yang tulus kepada Allah. Yosafat bukanlah raja yang sempurna, tetapi dia selalu sadar dan berusaha memperbaiki kesalahannya sehingga dia tergolong raja Yehuda yang takut akan Allah. (MT)
Kita tidak perlu dan tak mungkin sempurna, tetapi berusaha meminimalisir kesalahan dengan sikap mendekat kepada Tuhan.