Senin 07 Oktober 2019
MENYADARI KESALAHAN
2 Tawarikh 8; Mazmur 73; Yohanes 10:1-21
Ayat Mas / Renungan
2 Tawarikh 8:11 “Dan Salomo memindahkan anak Firaun dari kota Daud ke rumah yang didirikannya baginya, karena katanya: “Tidak boleh seorang isteriku tinggal dalam istana Daud, raja Israel, karena tempat-tempat yang telah dimasuki tabut TUHAN adalah kudus.”
Memutuskan menikah dengan Putri Firaun adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh raja Salomo. Selain kesalahan menikah dengan orang berbeda iman yang dilarang dalam hukum taurat juga kesalahan karena berpoligami. Pernikahan yang menyimpang ini merupakan bukti nyata bahwa kekayaan rupanya telah membuat Salomo tidak lagi menyerahkan hidup sepenuhnya kepada tuntunan Allah. Salomo telah gagal melawan godaan besar yang berpotensi menghancurkan hidupnya. Dia membuka salah satu pintu sebagai bagian vital dalam hidupnya kepada iblis. Satu pintu saja sudah cukup bagi iblis masuk menghancurkan hidup seseorang. Cukup sedikit saja yang tidak diserahkan kepada Allah sebagai tempat iblis berpijak untuk memporakporandakan kehidupan seseorangyang berpotensi menjauhkan dirinya dari Allah.
Keberhasilan Salomo sangat terdampak dari pergumulan ayahnya Daud. Berbeda dari raja Daud, Salomo memimpin umat Allah hampir tanpa perjuangan. Raja Daud diproses oleh perjuangan demi perjuangan sebelum dia betul-betul menjadi raja buat seluruh bangsa Israel bukan hanya diproses oleh berbagai kondisi kerajaan tetapi juga diproses langsung oleh Allah. Beberapa kali raja Daud jatuh kedalam perbuatan dosa. Tetapi setelah diperingatkan nabi yang diutus oleh Allah, dia menyesal mengakui kesalahannya dan bertobat. Setelah bertobat maka hubungannya dengan Allah dipulihkan.
Dalam keberhasilannya Daud selalu bersyukur dan mendekat kepada Allah. Sebab yang paling menyusahkan hati raja Daud adalah bila dosa telah menjauhkannya dari Allah. Hal itulah yang sangat dipesankan kepada anaknya Salomo. Tetapi ternyata Salomo telah membuka ruang bagi iblis berpijak dalam hidupnya. Tragedi besar yang merenggangkan hubungan Salomo dengan Allah bukanlah karena ia berdosa, karena semua manusia berdosa termasuk ayahnya raja Daud. Tragedi terbesarnya adalah, sepertinya dia menikmati hidup berdosa itu. Buktinya dia tidak menyatakan penyesalan atas dosa-dosa yang dilakukan. Salomo menulis 3 kitab yaitu Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung. Dalam tiga kitabnya ternyata tidak pernah berbicara tentang penyesalan akan dosa. Dia hanya memberi nasehat, petuah dan kata atau kalimat bijak. Sangat berbeda dengan mazmur ayahnya yang sarat dengan penyesalan, mohon ampun dan keputusan untuk bertobat. Kalaupun ada peringatan tegas tetapi titik beratnya adalah dukacita yang akan menyusul akibat perbuatan dosa. Tidak ada pengakuan dosa. Betul juga dia menasehati pembaca agar jangan hidup seperti dirinya. (MT)
Menyadari kesalahan tidak cukup, harus ditindaklanjuti dengan menghindari dan tidak melakukan kesalahan.