Sabtu 05 Oktober 2019
MENIPU ALLAH
2 Tawarikh 6; Maleakhi 2:17 – 3:18; Yohanes 9:1-23
Ayat Mas / Renungan
Maleakhi 3:8-9 “Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!“Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!”
Belakangan ini ada kritik tajam kepada gereja yang mengisi kas gereja dengan memakai sistem persepuluhan. dalam hal ini pendeta-pendeta dan gembala Jemaat dituduh memperkaya diri dan memeras keuangan Jemaat. Betulkah?. Anggapan atau jelasnya tuduhan ini dianggap menjadi benar oleh gaya hidup sebagian pendeta yang super kaya dan tidak segan-segan memamerkan kekayaan melalui barang-barang mewah yang dikenakan. Dalam hal ini tentu saja bukan persepuluhan yang salah melainkan orang tertentu saja. Lagipula yang melakukan kesalahan hanya sedikit saja.
Alkitab berbicara cukup jelas mengenai persembahan dan persepuluhan. Dalam terang hukum Allah bangsa Israel wajib mempersembahkan persepuluhan dari semua pendapatan mereka, baik pertanian ataupun peternakan (Ulangan 14:22-29). Dan persepuluhan itu digunakan untuk biaya operasional ibadah dan memenuhi kebutuhan para imam. Perintah membawa persembahan persepuluhan adalah bagian yang diikutsertakan dalam hal tanggung jawab dalam penatalayanan milik, dengan prinsip bahwa segala yang kita miliki adalah milik Allah yang dipercayakan kepada kita. Kemudian dengan mempersembahkan persepuluhan adalah suatu sikap berkeputusan melayani Allah bukan melayani uang. Setelah agak terabaikan pada zaman Maleakhi sistem persembahan persepuluhan ini diangkat lagi untuk dipraktekkan lebih serius. Dilatarbelakangi kesulitan ekonomi yang melanda umat Allah, mereka justru mendambakan kemakmuran. Karena kesulitan ekonomi justru semakin melanda umat bukannya bertobat tetapi membuat kesalahan lebih lagi dengan cara menggerutu mempersalahkan Allah. Pada saat itulah Maleakhi menegur umat yang membuat Allah kehilangan hak-Nya karena tidak memberi persembahan persepuluhan. Padahal dalam terang taurat umat Allah biasanya selalu mendahulukan persembahan persepuluhan sebelum membeli berbagai keperluan pribadi. Lagi pula umat Allah yang sejati mempunyai keyakinan bahwa segala sesuatu bersumber dari Allah maka konsekuensinya adalah Allah harus selalu didahulukan.
Nabi maleakhi dalam tuntunan Allah memperbaharui lagi perintah untuk memberi persepuluhan sebagai hak Allah. Maleakhi menjelaskan bahwa umat Allah tidak mengembalikan persepuluhan sama dengan menipu dan mencuri. Selanjutnya bahwa mengembalikan persepuluhan tidak akan mengurangi pendapatan tetapi justru membuka pintu bagi curahan berkat Allah. Jadi bukan persepuluhan yang salah melainkan pengelolanyalah yang harus diperbaiki. (MT)
Umat yang menipu Allah adalah umat yang menipu diri sendiri.