Sabtu 24 Agustus 2019
JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN
1 Raja-raja 22; Amsal 6; 1 Korintus 8
Ayat Mas / Renungan
1 Korintus 8:8-9 “Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan. Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.”
Dengan semakin berkembangnya pemahaman teologis Jemaat pastilah berdampak kepada hal-hal yang dinyatakan boleh atau tidak boleh. Hal itu terjadi di Korintus, khususnya dalam hal boleh atau tidak boleh memakan dan membeli daging persembahan berhala dan ikut dalam pesta pora di kuil berhala. Dalam hal ini Jemaat sudah punya pemahaman daging bekas penyembahan berhala itu tidak mengandung sesuatu yang bersifat magis. Karena menurut jemaat, berhala yang disembah dan disaji penyembah berhala itu tidaklah sesuatu yang hidup dan tidak memberi pengaruh apa-apa kepada daging persembahan itu. Ada pula rupanya orang percaya ikut berpesta di kuil, tetapi mereka tetap berdoa kepada Tuhan Yesus. Sebagian besar memandang ini adalah suatu perbuatan dosa. Itulah sebabnya orang yang melakukannya yang bertanya boleh atau tidak. Biasanya orang yang bertanya ini bukan mengharapkan jawaban tidak boleh. Mereka justru mempengaruhi Rasul Paulus agar menjawab boleh.
Karena ditinjau dari pemahaman teologis Rasul Paulus pastilah lebih tinggi dari mereka. Bila Paulus menjawab boleh akan banyak yang lemah tetapi bila Rasul Paulus menjawab tidak boleh akan banyak pula yang marah. Dalam hal ini Rasul Paulus membawa mereka kepada pemikiran yang tepat dan benar bukan kepada pemikiran boleh atau tidak boleh. Pertama Rasul Paulus membawa mereka agar dalam menentukan hal-hal seperti masalah yang abu-abu atau meragukan selalu mengedepankan pertimbangan kasih. Bila mengedepankan pertimbangan kasih berarti siap membatasi kebebasan dan siap juga menyangkal diri demi kebaikan orang percaya lainnya. Bisa saja tindakan kita benar atas dasar pengetahuan dan pengertian lebih dewasa, tetapi bila menjadi batu sandungan bagi orang percaya lainnya kita telah bersalah. Walaupun sesungguhnya jangan mudah tersandung. Bila tidak hati-hati, orang berpengetahuan teologia dan dewasa secara rohani berpotensi melakukan tindakan yang menjadi batu sandungan bagi orang belum dewasa. Tetapi orang yang minim pemahaman teologis dan belum dewasa secara rohani sangat mudah tersandung. Membuat yang lain tersandung dan mudah tersandung tentu adalah sikap yang kurang baik. Sebab itu adalah lebih tepat saling menjaga. Rasul Paulus mengatakan tidak ada ruginya bila tidak memakan, tidak ada pula untungnya bila memakan. Ya sudahlah demi kasih menyangkal dirilah agar yang lain tak tersandung. (MT)
Menjadi batu sandungan itu sudah pasti salah, tetapi mudah tersandung adalah kebiasaan orang lemah.