Sabtu 20 Juli 2019
TAAT KEPADA ALLAH
2 Samuel 6; Daniel 3; Markus 3:1-19
Ayat Mas / Renungan
Daniel 3:17-18 “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;“tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
Menghormati pemimpin dengan mentaati pemerintahan seorang raja adalah juga perintah firman Tuhan. Bukan hanya mentaati tetapi juga mendoakan dan memberkati. Tetapi ketaatan kepada pemimpin dan pemerintah harus tetap berada di bawah ketaatan kepada Allah. Bila pemerintah menganjurkan kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum Allah, kita pun harus tegas menolaknya apapun risikonya. Itulah prinsip yang dinyatakan dan dibangun oleh Sadrakh dan kedua sahabatnya di Babel. Sindiran para peramal yang dikalahkan oleh Sadrakh dan kedua sahabatnya dengan hikmat mereka yang dianugerahkan Allah terus mengalir deras atas hukuman yang menanti. Ancaman berat penuh kemarahan dari Nebukadnezar tidak membuat mereka menyangkal Allah. Keyakinan mereka bahwa hanya Allah yang layak disembah mereka nyatakan kepada Nebukadnezar. Dengan tegas mereka menolak menyembah berhala patung besar yang didirikan raja untuk mengukuhkan kebesarannya. Ancaman akan dilemparkan ke dapur api sedikitpun tak memperlunak pendirian mereka. Justru kesempatan itu mereka jadikan untuk memberitakan firman Allah, bahwa hanyalah Allah yang patut disembah. Mereka cukup tegas dan berpegang teguh kepada keyakinan kendatipun berada dalam tekanan dan ancaman. Mereka betul-betul menaruh pengharapan mereka kepada Allah.
Ada satu hal yang khusus dalam diri Sadrakh dan 2 orang sahabatnya. Ditolong atau tidak ditolong Allah mereka siap menerima risiko dilemparkan ke dalam dapur api. Dengan kemarahan penuh Nebukadnezar mengeluarkan perintah agar dapur api dipanaskan 7 kali lipat dari biasanya. Dengan kemarahan raja menyaksikan mereka dilempar ke dalam dapur api yang menyala-nyala. Ternyata sesosok malaikat sebagai simbol penyertaan Allah dilihat raja sombong yang sedang marah tersebut. Lebih mengagumkannya lagi mereka sama sekali tidak termakan api. Sekarang kemarahan raja reda karena terkesan akan keajaiban yang belum pernah disaksikan itu. Rasa terkesannya diwujudkan dengan mengeluarkan peraturan agar penduduk Babel menghormati Allah yang disembah sadrakh, Mesakh dan Abednego. Pada saat itu juga raja mengangkat mereka ke posisi yang lebih tinggi dalam pemerintahannya. Bagi Sadrakh dan dua orang sahabatnya naik pangkat hanyalah bonus. Kebanggaan terbesar mereka adalah saat penduduk Babel mengakui kuasa Allah dan menghormati Allah. (MT)
Ketaatan kepada Allah terkadang mengharuskan umat-Nya tegas kepada penguasa.