Minggu 07 Juli 2019
MENGANDALKAN ALLAH
1 Samuel 17:55 – 18:30; Mazmur 63; Roma 9:1-29
Ayat Mas / Renungan
1 Samuel 17:45-46 “Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. “Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu…”
Daud berbeda dengan orang Israel pada umumnya termasuk dengan Saul. Perbedaan yang paling mendasar adalah dalam hal iman dan kasih kepada Allah. Karena iman dan kasihnya kepada Allah-lah membuatnya sangat bersemangat memperhatikan dan membela kehormatan Allah Israel. Selanjutnya Daud tidak mengandalkan kekuatannya yang terbatas tetapi sudah sangat terbiasa mengandalkan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Daud mengandalkan Allah saat bekerja sebagai gembala. Sebagai gembala Daud bertanggungjawab atas keselamatan domba-dombanya. Saat binatang buas menyerang dombanya, dia membunuh binatang buas yang tidak mungkin dilakukan tanpa pertolongan Allah.
Ketika menghadapi Goliat si pahlawan Filistin yang gagah perkasa Daud tidak gegabah. Dia tidak mengandalkan pengalaman mengalahkan binatang buas dengan tangannya sendiri, menjadi optimis mampu mengalahkan Goliat. Dia berkata kepada Goliat “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam”. Lagi-lagi Daud menyatakan diri sebagai pengandal Allah yang setia. Ketika Daud berada sebagai penyemangat raja Saul melalui musik dan mazmurnya, dia tidak bangga akan keahliannya bermain harpa. Dia bermazmur menyembah Allah sambil bermain harpa, Saul pun terhibur dan semangat hidupnya bangkit kembali. Saul mengangkat Daud menjadi panglima perangnya. Daud berulang-ulang menang perang hingga dipuja dan dielu-elukan penduduk jauh melebihi Saul. Saul pun iri hati dan merencanakan kematian Daud.
Bila kita melihat keberhasilan seseorang jangan iri hati, lebih baik kita mempelajari rahasia keberhasilannya. Kalau saja Saul belajar kepada Daud bisa saja Allah mengubah keputusan-Nya melengserkan Saul. Sebab beberapa kali terjadi Allah mengubah rencana-Nya karena terjadi pertobatan seperti kasus penduduk kota Niniwe. Walaupun Daud telah menjadi menantu Saul, tetap saja niat jahatnya membunuh Daud tidak berhenti. Tetapi Daud yang terus mengandalkan Allah, selalu dan semakin berhasil dan dipuja rakyat “lalu mengertilah Saul dan tahulah ia, bahwa Tuhan menyertai Daud, bahwa seluruh orang Israel mengasihi Daud” (1 Samuel 8:28). Ternyata Daud tidak perlu mengatakan dirinya adalah orang yag disertai Allah. Daud cukup hidup tetap setia mengandalkan Allah dan hidup benar sesuai firman Allah, penyertaan Allah pun nyata. (MT)
Teruslah hidup mengandalkan Allah, sebab di luar Allah tak ada yang memadai untuk diandalkan.