Sabtu 15 Juni 2019
TETAPLAH SETIA
Hakim-hakim 14-15; Ayub 42; Kisah Para Rasul 20:17-38
Ayat Mas / Renungan
Ayub 42:10 “Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.”
Klimaks kitab Ayub adalah pasal terakhir dari Kitab ini. Dimulai dari pertobatan dan pemulihan Ayub: “hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”. Jelas tujuan Allah mengijinkan penderitaan menerpa Ayub yang adalah seorang yang saleh. Rupanya saleh saja belum cukup, Agamis saja belum cukup. Hidup diberkati dengan kemakmuran saja tidak cukup. Pengalaman Ayub dengan Allah menjadi klimaks yang memperdalam imannya dan membuat kehidupannya semakin penuh makna. Allah sabar menunggu Ayub sampai pada kesimpulan puncak dalam kehidupan imannya yaitu melihat Allah, mengalami Allah secara langsung yang sebelumnya diyakini hanyaberdasarkan kata orang. Ayub merendahkan diri mohon ampun dan menarik perkataannya yang salah kepada Allah juga perkataannya yang salah tentang dirinya dan penderitaannya. Ayub memandang dirinya bahkan kebenaran moral yang dipertahankannya hanyalah sebagai debu. Tetapi Ayub tetap pada pendapatnya bahwa sahabat-sahabatnya tidak berkata benar tentang dirinya. Allah juga menegor sahabat-sahabat Ayub atas teologia kemakmuran dan teologi penderitaan mereka yang menyimpang. Kesalahan teologia mereka nyata melalui tuduhan-tuduhan mereka terhadap Ayub. Mereka memberi penjelasan yang salah dengan menyimpulkan kemakmuran dan penderitaan adalah konsep balas jasa. Bila hidup benar menjadi makmur dan bila hidup tidak benar pasti menderita. Berdasarkan teologi mereka yang menyimpang itulah mereka menuduh Ayub melakukan dosa tersembunyi yang tidak pernah dilakukan. Bila Ayub mengikuti nasehat mereka berarti Ayub terlibat mencemarkan kepercayaan Allah pada dirinya. Itu berarti memperkuat tuduhan iblis bahwa Ayub hidup benar dan taat kepada Allah hanya karena berkat Allah yang diperolehnya.
Allah sendiri menyalahkan sikap sahabat-sahabat Ayub serta menghukum mereka, tetapi memberkati Ayub serta mengembalikan kekayaannya dua kali lipat dari sebelumnya. Melalui kisah Ayub ini jelaslah bagi kita bahwa siapapun yang tetap setia kepada Allah dalam menghadapi cobaan berupa penderitaan tidak akan pernah ditinggalkan-Nya. Mereka yang setia walau menderita akibat cobaan iblis akhirnya akan menikmati keadaan penuh sukacita dan berkat penyertaan Allah dan kehadiran-Nya yang kekal. Betul juga bila kita larut melihat karya Allah, tidak ada lagi waktu untuk iblis. (MT)
Isilah waktu dengan hidup terus setia kepada Allah dengan sendirinya tak ada lagi waktu untuk iblis.