Minggu 02 Juni 2019
MENDAMBA KEHADIRAN ALLAH
Yosua 18 – 19; Ayub 29; Kisah Para Rasul 13 : 1-25
Ayat Mas / Renungan
Ayub 29:2-4 “Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku, “ketika pelita-Nya bersinar di atas kepalaku, dan di bawah terang-Nya aku berjalan dalam gelap; “seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku;“
Pengalaman penderitaan Ayub yang berkepanjangan membuat kerinduan terbesarnya adalah akan kehadiran Allah dalam hidupnya. Dalam kenyataannya Ayub tidak pernah mengeluhkan kekayaannya yang hilang tidak juga mengeluhkan anak-anaknya yang secara tiba-tiba meninggalkannya oleh kematian mendadak secara bersama. Keluhan terdalam Ayub adalah bila dalam menghadapi penderitaannya dia kehilangan kehadiran Allah. Tujuan iblis melancarkan serangannya menyengsarakan Ayub adalah menjauhkan Ayub dari Allah. Ternyata kesengsaraan justru membuat Ayub semakin merindukan kehadiran Allah dalam hidupnya. Kerinduan akan Allah menjadi sesuatu yang sangat penting bagi semua orang percaya yang sedang diperhadapkan kepada kesulitan hidup. “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah, jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mazmur 42:2-3). Sepenting air untuk jasmani, sepenting itu pulalah kehadiran Allah bagi kehidupan rohani.
Kehadiran Allah dalam kehidupan umat terealisasi saat umat-Nya berdoa dan membaca firman Allah. Ayub bertekun untuk membangun hidupnya bersekutu erat dengan Allah seperti yang dialami sebelum penderitaannya. Ayub terus mendamba perhatian dan perlindungan Allah yang khsusus dalam menghadapi penderitaannya. Sangat masuk akal bila Ayub mendamba kekhususan perhatian Allah pada saat dirinya diterpa penderitaan yang sangat menekan hidupnya. Ayub merasa dirinya hidup dalam kegelapan yang sangat pekat. Wajar bila dia mendamba terang Allah menerangi hatinya yang kalut dan menerangi jalan hidupnya yang terasa kelam. Ada hal yang sangat menarik dalam jalan hidup Ayub. Masa remaja Ayub adalah masa indah hidup dalam terang Allah. Masa remaja Ayub dijalani dengan hidup bergaul karib dengan Allah. Pada umumnya masa remaja adalah masa yang tidak memberi perhatian kepada hal-hal yang bersifat rohani. Tetapi bagi Ayub masa remaja adalah justru sudah serius dalam membangun hidup kerohaniannya.
Dalam hal ini sangat jelas bahwa masa-masa penuh potensi Ayub telah tahu menggunakan waktu dengan sangat baik. Tidaklah mengherankan bila Ayub menjadi seorang yang sangat sukses dalam hidup tetapi juga sangat dewasa dalam karakter. Dia menjadi seorang sukses yang berintegritas. Ketika iblis menjauhkannya dari Allah justru dia mengobarkan kerinduannya dalam persekutuan yang intim dengan Allah. (MT)
Masa sukar terasa ringan bila tetap menikmati kehadiran Allah