Minggu 28 April 2019
MENGENDALIKAN EMOSI ITU BAIK
Matius 21:28-46; Bilangan 19-20; Pengkhotah 11:9-12:4
Ayat Mas / Renungan
Bilangan 20:12 “Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.”
Kasus Musa melanggar perintah Allah memukul bukit batu yang kemudian mengeluarkan air memenuhi kebutuhan umat pesungut dan pemberontak adalah suatu pesan betapa harus berhati-hatinya pemimpin dalam bertindak. Allah memerintahkan Musa berbicara bukan memukul. Tetapi sesungguhnya sangat logis juga bila Musa memakai tongkatnya memukul gunung batu. Mengapa sangat logis? Berdasarkan pengalamannya bahwa Allah memerintahkan Musa dan Harun memakai tongkat merupakan benda yang dimiliki. Tongkat yang berubah menjadi ular di depan Firaun dan tongkat yang dipakai memukul sungai Nil yang berubah menjadi darah serta tongkat yang dipakai memukul bukit batu sehingga mengeluarkan air di Rafidim.
Lagipula Allah sendiri yang menyuruh Musa membawa tongkat menghampiri gunung batu. Saya dapat menduga, siapapun yang menjadi Musa pasti akan melakukan hal yang sama. Hukuman atas kekurang hati-hatian Musa sungguh sangat berat. Pengorbanannya selama kurang lebih empat puluh tahun memimpin bangsa Israel di padang gurun seakan tak terbalaskan. Tetapi Allah yang Mahakuasa dan Mahatahu itu pastilah mempunyai alasan kuat dalam membuat keputusan. Semua ini adalah hukuman yang dijatuhkan bukan untuk keburukan melainkan untuk kebaikan Musa dan Harun.
Ada dua(2) hal yang merupakan pesan abadi dari peristiwa gagalnya Musa sebagai pemimpin bertanggungjawab non karismatik memasuki negeri Perjanjian yang sudah lama diidamkannya :
- Tanggung jawab para pemimpin untuk mentaati perintah Allah yang diberitakannya harus lebih besar karena kedudukan dan pengaruhnya pun lebih besar. Dengan demikian harus lebih hati-hati dalam bersikap, tidak boleh gegabah. Bukan hanya pelanggaran memukul batu yang seharusnya berbicara, tetapi Musa memukul dengan emosi tak terkendali sebagai respon kurang bijaksana kepada umat yang dipimpinnya.
- Faktor kurang yakin bila hanya berbicara saja maka bukti batu itu akan mengeluarkan air. Rupanya dalam kondisi krisis itu Musa kehilangan iman dan ketaatan. Sikap ini telah menempatkan Musa menjadi tidak layak memimpin umat memasuki negeri Perjanjian. Dalam pelayanan perlu juga meyakini kehadiran Allah tanpa ada instrument yang membantu juga tanpa ada manifestasi lahiriah. Karena umat ada dalam pengaturan Allah yang Mahakreatif. (MT)
Kemarahan dan ketaatan sulit berjalan seiring, tetapi kesabaran dan ketaatan selalu berjalan bersama.