Selasa 23 April 2019
HIDUP KUDUS DAN SEHAT
Matius 19:1-15; Bilangan 9-10; Pengkhotbah 7
Ayat Mas / Renungan
Matius 19:5-6 “Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Pertanyaan yang selalu tak henti-hentinya dipertanyakan oleh orang percaya adalah bolehkan suami atau istri menceraikan pasangannya? Sebenarnya sangat mudah menjawab pertanyaan ini. Hanya satu kata saja ‘tidak”. Tetapi menjadi sulit karena pertanyaan ditambah dengan kalau. Bolehkan suami istri menceraikan pasangannya kalau….? Jawaban Yesus sebenarnya sudah sangat jelas tidak boleh. Tetapi menjadi pertanyaan terbuka lagi karena ada kata “kecuali karena berzinah”.
Jadi sesungguhnya tidak boleh, tetapi boleh kalau… sepertinya Yesus membuka ruang untuk boleh dengan alasan tertentu. Tetapi sekiranya Yesus menjawab tidak boleh apapun alasanya, saya kira manusia tetap saja berargumentasi agar gereja mengijinkan. Mengapa demikian?Karena dosa telah mengeraskan hati manusia. Contohnya, di daerah tertentu atau suku tertentu membolehkan perceraian secara damai karena suami istri tidak dikaruniani seorang anak. Alasannya tujuan pernikahan kan adalah untuk memperoleh keturunan. Jadi kalau tujuan tidak tercapai boleh dong banting stir. Alasan yang paling ringan adalah, tidak ada kecocokan, salah pilih jodoh. Bila kita bersandal dua-duanya kiri, harus cepat-cepat dong diganti sebelum kaki sakit, pret enak betul alasanmu. Dengar ya! Tujuan pernikahan bukan hanya untuk memperoleh keturunan. Jadi bila tidak punya anak bukan berarti pernikahan gagal. Saudara perlu juga tahu bahwa suami istri dalam pernikahan hanya segelintir yang cocok, sebagian besar tidak cocok. Penjalanan panjang pernikahan yang dibangun berdasarkan kasih membuat mereka jadi cocok. Koq jadi ngelantur, boleh bercerai gak sih? Ah kalau saya yang ditanya gak boleh! Apapun alasanmu. Karena saudara dan saya harus setia dalam pernikahan dan ingat setia sampai mati. Yah kalau sudah mati pasanganmu, yah! Tanpa boleh atau gak sudah cerai, jadi bolehlah. Jadi bila Allah yang mempersatukan maka Allah juga yang memutuskan untuk bercerai. Keputusan Allah itu adalah bila Dia sudah menentukan salah seorang meninggal. Karena hanya kematianlah yang dapat menceraikan mereka. Lagipula ingat dong janji setianya, jadi bila sepihak melakukan kesalahan, bila ternyata tidak mempunyai keturunan dan terbukti tidak cocok teruslah perbaharui komitmen.
Ingat bila ada yang memutuskan bercerai atau menikah lagi, karena pasangannya berzinah jangan menghakimi jangan pula menjadi lemah, karena bila saudara mengalaminya mungkin saudara akan melakukan hal yang sama. Hanya saja yang idealnya apapun yang terjadi setialah sampai mati. (MT)
Setia adalah tetap cinta apapun yang terjadi. berubah setia dengan alasan logis, tetap saja tidak setia.