Selasa 09 April 2019
HIDUP KUDUS DAN SEHAT
Matius 11 : 1 – 19; Imamat 11 – 12; Amsal 24
Ayat Mas / Renungan
Matius 11:18-19 ”Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan.“Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”
Di bawah hukum Taurat umat-Nya mendapat pengarahan mengenai makanan yang haram dan makanan yang halal. Hal itu penting untuk menjadikan umat-Nya terpisah secara moral dari masyarakat fasik di lingkungan mereka hidup dan bermasyarakat. Dalam hal ini Allah bertujuan agar umat-Nya hidup sesuai aturan yang dibuat Allah sendiri untuk ditaati. Umat-Nya harus menahan diri dari nafsu dan keinginan untuk mengkonsumsi makanan tertentu. Makanan yang diolah dari binatang atau ternak tetentu haram untuk dimakan. Peraturan halal haram cukup detail untuk umat-Nya. Tujuan utamanya adalah penting bagi umat Allah adanya keterpisahan moral dalam pikiran dan kelakuan dari dunia dengan system pemikiran dan tindakannya. Satu fokus utama bagi umat Allah adalah semua aspek kehidupan harus tunduk kepada aturan dan kehendak Allah. Relevansinya dengan umat Allah perjanjian baru tentu sangat penting. Perlu juga gereja dewasa ini tetap memperhatikan cara makan yang santun dan tidak terkesan sembrono atau rakus.
Melalui ajaran Yesus bahwa bukan yang kita makan yang mengharamkan melainkan yang kita ucapkan dengan kata-kata sembrono. Selanjutnya melalui penglihatan Petrus yang mendapat pesan, “Apa yang dihalalkan Allah janganlah diharamkan manusia. Dapatlah kita simpulkan bahwa konsep haram dan halal sudah menjadi persoalan yang selesai. Tetapi bila ditinjau dengan teliti Allah memberi pengarahan untuk alasan-alasan kesehatan. Karena ternyata semua hewan tertentu yang haram untuk dimakan adalah sesuatu yang beresiko mendatangkan penyakit. Jadi walaupun makanan dengan konsep halal haram ini tidak lagi mengikat, penting untuk kesehatan. Torat juga memberi konsep najis dan tahir bagi seorang ibu yang melahirkan. Semua kotoran pada saat melahirkan anak dinyatakan sebagai najis.
Jadi seorang ibu yang melahirkan dinyatakan tahir atau bersih dalam jangka waktu tertentu. Bagi orangtua kelahiran seorang anak tentu saja mendatangkan sukacita. Tetapi karena dosa, seorang anak kini lahir dengan tabiat dosa. “Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mazmur 51:7). Setiap orang tercemar dengan dosa sejak dilahirkan, sehingga mempunyai kecenderungan mengikuti keinginan berdosa. Tetapi kecenderungan ini akan dibersihkan dari kehidupan kita melalui penebusan oleh darah Kristus karena kasih dan rahmat-Nya. (MT)
Konsep halal haram sangat penting untuk mengingatkan umat-Nya hidup sehat dan bersih.