Minggu 07 April 2019
PENYEMBAHAN DAN RASA SYUKUR
Matius 10:1 – 25; Imamat 7 – 8; Amsal 22
Ayat Mas / Renungan
Imamat 7:12 “Jikalau ia mempersembahkannya untuk memberi syukur, haruslah beserta korban syukur itu dipersembahkannya roti bundar yang tidak beragi yang diolah dengan minyak, dan roti tipis yang tidak beragi yang diolesi dengan minyak, serta roti bundar dari tepung yang terbaik yang teraduk, yang diolah dengan minyak.”
Dalam Imamat 7 ada dua korban yaitu korban penebus salah dan korban keselamatan. Menanggapi berbagai korban sebagai perintah yang harus dilakukan umat Perjanjian Lama ada satu komentar yang perlu kita layangkan yaitu “sungguh merepotkan”. Tetapi umat Allah melakukannya dengan taat, karena mereka sangat serius dengan hukum Taurat yang langsung diperintahkan Allah. Kehidupan umat Perjanjian Lama sangat dekat dengan berbagai symbol dalam membangun hubungan dengan Allah.
Ada dua hal yang menjadi alasan Allah menggunakan simbol membangun hubungan dengan umat-Nya melalui korban-korban yang sarat dengan makna, yaitu :
- Allah menggunakan kebiasaan bangsa-bangsa di sekitar Israel dalam hal menyembah berhala mereka, untuk memudahkan umat-Nya memahami arti pentingnya pengorbanan dalam membangun hubungan dengan Allah. Dalam hal ini Allah memberi isi, arti dan pemahaman yang baru kepada pengorbanan-pengorbanan itu. Boleh diistilahkan memakai caranya saja, tetapi diisi dengan pemaknaan dan isi serta tujuan yang baru. Dan paling utama adalah bahwa semua pengorbanan yang sarat makna itu dialamatkan dan dipersembahkan kepada Allah yang disembah Abraham, Ishak, dan Yakub yaitu Allah pencipta alam semesta dan isinya.
- Allah bukan hanya memberi firman-Nya untuk umat Israel tetapi kepada umat-Nya sepanjang sejarah termasuk kepada gereja-Nya sebagai umat Allah Perjanjian Baru. Dan pengorbanan inilah yang digenapi oleh Yesus.
Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru segala pengorbanan adalah merupakan sarana komunikasi Allah dengan umat-Nya, karena sesungguhnya tujuannya adalah merupakan doa penyembahan dan doa ucapan syukur kepada Allah. Ada berbagai aturan dalam hal binatang yang dikorbankan dan tata cara pengorbanan. Peraturan itu mengarahkan bahwa setiap umat yang berdoa menyembah, bersyukur dan memohon kepada Allah haruslah dengan sikap hidup yang layak dan dengan hati yang tulus. Dalam pasal 8, menjelaskkan bahwa dalam berkomunikasi dengan Allah bukan hanya mengenai persembahan tetapi juga mengenai orang yang mempersembahkan. Itulah sebabnya diangkat imam untuk menolong umat menghampiri Allah. Tetapi di bawah perjanjian yang baru imam tidak diperlukan lagi. Tuhan Yesus sudah menjadi Imam Besar yang mengorbankan diri-Nya sekali untuk selamanya. Sekarang kita langsung saja datang sujud menyembah Allah tanpa bantuan seorang imam. (MT)
Kata-kata terindah pun tidak cukup menyatakan syukur kepada Allah, sebaiknya disertai dengan tindakan nyata.