Rabu 27 Maret 2019
HIDUP DENGAN STANDAR ALLAH
Matius 3; Keluaran 24; Amsal 11
Ayat Mas / Renungan
Amsal 11:8 “Orang benar diselamatkan dari kesukaran, lalu orang fasik menggantikannya.“
Matius 3:8 “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.“
Prinsip ini belaku universal yaitu “hidup benar persoalannya minim karena sudah pasti kurang menimbulkan persoalan. Tetapi hidup secara fasik atau jauh dari benar biasanya bukan hanya menimbulkan persoalan, tetapi mengundang persoalan.
Untuk menjalani kehidupan yang benar tentu ada standarnya. Sebab kalau tidak ada standar atau ukuran yang jelas hidup benar itu pasti menjadi sesuatu yang tak beraturan. Sebab semua bisa menyatakan aku benar kau salah. Secara umum manusia mempunyai potensi untuk membuat standar kebenaran, itulah sebabnya dimana ada sekelompok manusia pasti ada aturan yang mengatur hubungan antar manusia. Dengan demikian semua kelompok manusia mempunyai budaya sebagai standar untuk menentukan hidup benar atau salah. Ada pepatah atau paribahasa “lain ladang lain belalangnya lain daerah lain adat istiadatnya. Hal ini memberi informasi bahwa standar kebenaran itu ternyata tidak hanya satu tetapi ada banyak. Tetapi sebagai ciptaan Allah yang mulia tentu ada standar kebenaran yang berlaku universal seperti mencuri itu tidak benar sebab itu pencuri harus dihukum. Tetapi manusia dalam kuasa dosa semakin tak memadai untuk menentukan standar kebenaran. Bahkan agamapun tidaklah memadai untuk membuat standar kebenaran. Karena nyatanya atas nama agama ada yang menghalalkan pembunuhan kepada orang yang berbeda agama. Sebab itu sudah pasti yang berhak membuat standar kebenaran untuk semua manusia adalah Allah pencipta manusia itu sendiri. Keluaran 24 menjelaskan keseriusan Allah memberi standar kebenaran kepada umat-Nya.
Atas perintah Allah naiklah Musa dan Harun, Nadab dan Abihu serta 70 orang tua-tua umat. Allah pun menyatakan diri dengan cara Allah kepada mereka. Selanjutnya Musa sendirilah yang berdialog dengan Allah. Allah memberi 10 titah-Nya yang tertulis dalam dua loh batu untuk dibacakan kepada umat-Nya. Standar kebenaran yang diberikan Allah kepada umat-Nya tentu untuk ditaati, tetapi betul juga nasehat raja Salomo bahwa orang yang benar atau umat yang mau hidup benar sesuai dengan standar yang diberikan Allah akan diselamatkan oleh kesukaran. Setelah umat-Nya mengetahui standar kebenaran maka tidak ada cara lain selain mengalami hidup bertobat. Setelah bertobat maka harus dibuktikan melalui buah-buah pertobatan. Tidaklah mengherankan bila orang fasik selalu berusaha menggantikan kebenaran Allah dengan kebenaran diri sendiri. (MT)
Hidup benar minim persoalan karena sudah pasti tidak menimbulkan persoalan.