Sabtu 23 Maret 2019
BERSYUKUR BUKAN BERSUNGUT
Keluaran 16-17; Amsal 7; Ibrani 12
Ayat Mas / Renungan
Ibrani 12:28-29
“Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.“Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan”.
Bersungut-sungut adalah kebiasaan buruk yang mengundang berbagai masalah dalam perjalanan umat pilihan Allah menuju negeri perjanjian. Berbagai mujizat yang dinyatakan Allah seharusnya cukup menghentikan persungutan umat-Nya. Ternyata tidak cukup. Akibat buruk persungutan pun tidak cukup juga. Bersungut-sungut sudah menjadi sifat buruk umat pilihan yang sangat sulit diubah. Persungutan umat ini sangat menyulitkan Musa sebagai seorang pemimpin. Belum lama umat melihat campur tangan Allah menyediakan minuman segar di Mara dan dimanjakan dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma di Elim, mereka bersungut-sungut lagi di Sin dalam perjalanan menuju gunung Sinai. Pesona Mesir masih sangat mempengaruhi mereka bila menghadapi sedikit kesulitan sajadalam penggembaraan. Allah adalah Mahapemurah yang selalu membuktikan pertolongan-Nya kepada umat-Nya. Saat itulah awalnya Israel memperoleh manna atau roti yang turun dari langit setiap hari. Selama empat puluh tahun manna menjadi makanan pokok umat dalam pengembaraan menuju negeri perjanjian. Manna berhenti setelah umat sampai di negeri Perjanjian. Turunnya manna ini adalah peristiwa tak terbantahkan. Bila Allah memerintahkan umat-Nya melakukan sesuatu , Allah juga menyediakan segala sesuatu yang diperlukan dalam melakukan perintah-Nya. Mengembara di padang gurun selama empat puluh tahun, tak pernah terbayangkan umat Israel. Tetapi itulah yang terjadi merupakan tonggak sejarah umat pilihan Allah ini. Bangsa berjalan terus dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan tentu adalah hal yang sangat menyulitkan. Tetapi Allah yang mengatur dan menuntun perjalanan umat-Nya agar terus belajar untuk bersandar kepada Allah.
Dalam perkemahan di Rafidim umat dilanda kehausan lagi. Seperti biasanya mereka bersungut-sungut lagi. Allah menuntun Musa lagi agar memakai tongkatnya memukul gunung batu, sehingga air keluar dan umat Allah pun melepaskan dahaga mereka. Bersungut-sungut hampir menjadi doa umat Israel. Karena setiap mereka bersungut-sungut Allah segera menolong. Tetapi Allah menolong dalam rangka menguatkan kepemimpinan Musa. Musalah yang berdoa kemudian Allah menolong. Sekiranya umat Israel mengganti sungut-sungut dengan doa cerita pengembaraan umat ini tentu berbeda. Pengembaraan mereka tidak perlu lama dan sudah pasti sangat menyenangkan. Allah menyatakan kuasa-Nya mengalahkan Amalek justru karena doa Musa, Harun dan Hur. (MT)
Bersungut-sungut adalah pelampiasan emosi yang buruk tetapi bersyukur adalah penyaluran emosi yang baik.