Jumat 15 Maret 2019
CAMPUR TANGAN ALLAH
Ibrani 5; Keluaran 1-2; Mazmur 40
Ayat Mas / Renungan
Keluaran 2:24-25 “Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. “Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.”
Secara cermat dan teliti Alkitab mencatat ada tujuh puluh orang keturunan Yakub yang berangkat ke Mesir. Bukan hanya jumlah tetapi nama-nama mereka juga tercatat. Data yang lengkap ini mau menjelaskan keterlibatan Allah dalam sejarah perkembangan umat pilihan-Nya. Masih dalam generasi Yusuf, anak-anak dan cucu-cucunya, janji Allah telah tergenapi bahwa keturunannya Yakub itu telah menjadi bangsa di Mesir. Perkembangan pesat itu bukan hanya membanggakan tetapi mengundang permasalahan baru bagi umat Allah. Setelah muncul Firaun yang tidak lagi mengetahui jasa Yusuf, maka Israel mulai ditekan. Untuk membatasi pertumbuhannya, bangsa Israel diperbudak. Firaun tidak segan-segan menabrak norma-norma kemanusiaan dengan memerintahkan pembunuhan bayi laki-laki Israel. Kebijakan Firaun yang merupakan kejahatan kemanusiaan tentulah merupakan sisi gelap dari sejarah bangsa Israel yang tak terhindarkan. Bukan Allah yang membuat hal itu terjadi, tetapi Allah menjadikan peristiwa kejam dalam rangka membatasi perkembangan Israel ini, menjadi kejadian untuk mempersiapkan seseorang yang akan menjadi pemimpin yang akan memimpin Israel keluar dari Mesir. Lahirnya Musa dan sejarah hidupnya yang terjadi pada zaman kekejaman Firaun menindas orang Israel, justu menjadi kejadian yang mempersiapkan Musa.
Pertama, atas permintaan Putri Firaun dan jasa Maryam Musa dibesarkan oleh ibu kandungnya. Kesempatan itu digunakan ibunya mendidik Musa menjadi seorang beriman. Jadi pada saat Musa diserahkan kepada Putri Firaun, Musa sudah terbentuk menjadi pria beriman dengan pemahaman bahwa dia adalah bangsa Israel bukan bangsa Mesir. Tetapi sebagai anak angkat Putri Firaun dia menjadi salah seorang putra mahkota yang dididik dengan pengetahuan kepemimpinan yang mumpuni. Dalam kapasitasnya sebagai putra mahkota dia blusukan menyaksikan pembangunan kota yang sedang berlangsung. Tetapi sebagai orang Israel dia tidak rela menyaksikan kekejaman orang Mesir yang menyiksa bangsanya. Diapun membela Israel dengan membunuh mandor Mesir. Ternyata bangsa Israel yang dibelanya melaporkan tindakan Musa kepada Mandor Mesir. Akhirnya Musa harus melarikan diri ke Midian. Rupanya untuk memimpin Israel keluar dari Mesir, Musa tidak cukup beriman dan berilmu. Dia harus terbentuk lagi menjadi orang berbudi di Midian. Sementara umat Israel mengerang kepada Allah, Allah pun mendengar.
Ketika Firaun menyengsarakan umat Allah, pada saat itulah Allah mempersiapkan pemimpin umat-Nya.