Rabu 13 Maret 2019
WARISAN TERBAIK
Ibrani 3; Kejadian 48; Mazmur 38
Ayat Mas / Renungan
Kejadian 48:15 “Sesudah itu diberkatinyalah Yusuf, katanya: “Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang”
Mazmur 38:22) “Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN, Allahku, janganlah jauh dari padaku!”
Yakub mempersiapkan hidupnya menghadapi kematiannya dengan baik. Sebelum kematian tiba dia membuat pernyataan yang berguna bagi anak-anak dan cucu-cucunya. Yakub menyatakan bahwa mulai dari kakeknya hingga dirinya hidup di hadapan Allah dan Allah bertindak menjadi gembala bagi mereka. Yakub ingin meninggalkan anak-anak dan cucu-cucunya dengan keteladanan yang hidup dekat dengan Allah. Hal itu sangat penting bagi generasi ke generasi. Warisan terbesar seorang bapa kepada anak-anaknya bukanlah harta, melainkan iman dan komitmennya hidup dekat dan taat kepada Allah. Itulah warisan yang diperoleh Yakub dari kakek dan ayahnya dan itupula yang diwariskannya kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Dalam hal sikap memberkati, ternyata Yakub tidak berdasarkan siapa yang tertua. Mungkin dari pengalamannya yang diberkati Ishak lebih utama dibanding kakaknya Esau. Memang hal itu terjadi karena penipuan Yakub. Tetapi nyatanya bahwa berkat kesulungan itu jatuh keharibaannya.
Dalam banyak kasus di Perjanjian Lama sering terjadi Allah memilih yang muda bukan yang tua. Allah memilih Ishak bukan Ismael, Yakub bukan Esau, Yusuf bukan Ruben, Efraim bukan Manasye, Daud bukan kakak-kakaknya. Hal ini menekankan bahwa Allah memillih bukan berdasarkan budaya manusia, tetapi berdasarkan ke-Mahatahuan-Nya. Benar dan baik menurut manusia belum tentu menurut Allah. Yang pasti Allah memilih orang dengan mempertimbangkan kesungguhannya, kemurnian dan kasih mereka bukan berdasarkan status, lebih pastinya lagi Allah memilih berdasarkan kedaulatan, kasih dan karunia-Nya. Pemazmur pasal 38 mengeluh atas sakit yang menimpanya, dan menerimanya sebagai hukuman atas kesalahan-kesalahannya. Dia merasa sakit tidak tertahankan, tetapi dia sangat tabah menghadapinya, yang penting Tuhan tidak meninggalkannya. Dia memahami bahwa Allah Maha Pengampun, tetapi dia juga tahu bahwa Allah akan mendisiplin umatnya si pendosa.
Allah masa bodoh dengan dosa tanpa mendisiplin si pendosa, bukanlah ajaran Alkitabiah. Bila Allah mendisiplin tujuan-Nya adalah agar umat-Nya tidak menjauh tetapi justru mendekat kepada-Nya. Dampak dari dosa tanpa disiplin adalah hidup yang kehilangan persekutuan dengan Allah. Jadi bila Allah mengampuni bukan berarti kehilangan sikap-Nya yang memberi disiplin yang dibutuhkan umat-Nya agar tetap hidup dekat dengan Allah. (MT)
Warisan terbaik bukanlah harta yang banyak melainkan iman dan komitmen hidup dekat kepada Allah.