Kamis 07 Maret 2019
BUKAN HASIL TAPI PROSES
Lukas 23:1-25; Kejadian 41; Mazmur 32
Ayat Mas / Renungan
Mazmur 32:4-5 “Sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela
Bila Allah yang menentukan, tak ada kuasa yang mampu membatalkannya, kalimat ini pantas menjadi suatu pernyataan iman atas status terhormat yang diberikan Firaun kepada Yusuf menyandang status yang tidak memenuhi syarat menjadi orang kedua di Mesir. Kewarganegaraan Yusuf bukan hanya non-pribumi atau warga negara asing melainkan mantan budak yang sedang menyandang status narapidana. Hal itu berarti Yusuf dipindahkan dari penghuni penjara menjadi penghuni istana. Tetapi bila ditelusuri perjalanan hidup Yusuf, tidaklah suatu hal yang terjadi secara kebetulan atau nasib baik dari seorang Yusuf, menyandang status terhormat tersebut. Pada usia tujuh belas tahun Yusuf dijual sebagai budak oleh kakak-kakak yang sangat dihormati dan dikasihinya.
Hal itu menjadikan Yusuf menjadi budak di rumah potifar selama tiga belas tahun. Tiga tahun terakhir Yusuf hidup dalam penjara dan difitnah istri potifar. Berarti untuk sampai ke istana, Yusuf telah melewati proses yang tidak mudah. Pada usia tiga puluh tahun Allah mengangkat Yusuf pada posisi terhormat, menjadi salah seorang pemimpin panting di Mesir. Masih sangat muda tetapi pemrosesan untuk sampai ke posisi tersebut, Allah telah memulai semenjak masa kanak-kanak. Semenjak Yusuf menceritakan mimpinya kakak-kakaknya telah menunjukkan sikap kurang simpati kepada Yusuf. Padahal Yusuf yang masih sangat kanak-kanak tulus dan jujur saja menceritakan mimpinya apa adanya. Belum lagi sikap Yakub yang menganakmaskannya membuat kakak-kakaknya menjadi iri. Dalam hal ini Yusuf sama sekali tidak bersalah dan juga tidak membuatnya sombong. Pengalaman hidup dianakmaskan, dianiaya, diperjualbelikan dan dipenjara telah memproses dan membentuk Yusuf siap menjadi pemimpin.
Raja Daud juga menyaksikan pemrosesan Allah membentuk dirinya melalui Mazmur gubahannya. Dia berkata “Sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat…”. Raja Daud sempat masa bodoh dan mendiamkan kesalahannya. Pada saat itulah dia merasa ditekan. Dalam mazmurnya dia sempat menganggap Allah yang menekannya, padahal bukan Allah tetapi dosanya sendirilah yang menekannya. Dosa telah membuat Daud kehilangan segala sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Dia kehilangan kedekatannya dengan Allah yang berdampak kepada kehilangan kebahagiaan dan sukacita. Diapun belajar dari kesalahannya, segera mengaku dan memohon ampun. Anugerah pengampunan dari Allah pun memulihkan hubungannya dengan Allah. Daud pun kembali memperoleh kebahagiaan dan sukacitanya. (MT)
Allah tidak tertarik dengan sukses dan perolehan saudara, tetapi Dia tertarik bagaimana saudara meraih dan memperolehnya.