Jumat 01 Maret 2019
PEJUANG BUKAN PECUNDANG
Lukas 19:28-48; Kejadian 34; Mazmur 26
Ayat Mas / Renungan
Mazmur 26:2-4 “Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu. “Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul;
Ada dua kesalahan besar yang dilakukan Yakub yang berakibat mendatangkan bahaya kepada keluarganya. Pertama, Yakub tidak mentaati Allah secara total. Dia mentaati Allah meninggalkan Laban tetapi tidak sampai ke rumah ayahnya Ishak. Yakub tinggal dekat Sikhem kita yang dikuasai kefasikan seperti penyembahan berhala. Ketaatan yang tidak sepenuhnya taat, bukanlah ketaatan yang dikendaki Allah. Karena bila tidak sepenuhnya taat berarti membuka ruang untuk nilai-nilai buruk yang merusak nilai-nilai kebenaran. Kedua, yakub tidak melindungi anak-anaknya dari pengaruh-pengaruh buruk kekafiran. Yakub tidak membuat peraturan yang tegas untuk menjadi standar kebenaran bagi kehidupan anak-anaknya.
Dina satu-satunya anak perempuan Yakub dibiarkan bergaul dengan orang yang tidak percaya tanpa pengawasan yang benar. Akibatnya sangat buruk pula kepada saudara-saudaranya. Kebencian mereka tak tertahankan sehingga melakukan kesalahan yang lebih buruk lagi. Tentu yakub sangat menyesali sikap yang tidak taat secara total kepada Allah. Peristiwa menyedihkan yang menimpa Dina membuat Yakub menyesali pikirannya yang salah. Adalah dilema bagi semua orangtua dalam dal menjaga dan membatasi pergaulan anak-anaknya yang sudah beranjak makin besar menuju ke dewasa. Allah bukan saja mengampuni Yakub atas penipuannya kepada ayahnya dan kakaknya. Allah bahkan sudah mengubah hidup penipu menjadi pejuang. Tetapi Yakub masih menyaksikan anak-anaknya menipu Sikhem yang merusak hubungan Yakub dan keturunannya dengan lingkungan masyarakat dimana mereka hidup. Allah memperingatkan Yakub agar tetap menjadi pejuang yang sportif jangan sampai balik lagi menjadi pecundang yang suka menipu. Allah mendesign setiap kejadian yang terjadi di sekitar umatnya menjadi sesuatu yang dapat dijadikan pembelajaran untuk membentuk dan mendewasakan.
Sejak Raja Daud berani menyatakan “ujilah daku Tuhan, cobailah aku, dan selidikilah hatiku dan batinku…”. Sejak saat itu pula dia siap menerima segala keadaan yang diijinkan Allah menimpanya. Dia mulai belajar melihat tangan dan karya Allah melalui semua keadaan baik yang menyenangkan dan juga yang menyulitkan. Karya Allah nyata saat Yesus dielu-elukan, saat Yesus menangisi Yerusalem dan saat Yesus marah mengusir para pedagang untuk menyucikan Bait Allah. (MT)
Menjadi pejuang sejati yang sportif adalah suatu keputusan untuk terus diperjuangkan.