Minggu 24 Februari 2019
MENGABDI KEPADA ALLAH
Lukas 16; Kejadian 28; Mazmur 21
Ayat Mas / Renungan
Kejadian 28:15 “Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.”
Berulang-ulang firman Tuhan menyatakan bahwa tanah tempat tinggal Ishak dan Yakub telah diserahkan kepada ayah dan kakek mereka Abraham menjadi miliknya. Tetapi tetap saja Allah menasehatkan agar Ishak dan Yakub tetap hidup sebagai orang asing. Di suatu tempat dalam perjalanan menuju ke Haran, Yakub tertidur dan bermimpi sesuatu yang sangat menakjubkannya. Allah menampakkan diri kepada Yakub dengan berita bahwa tanah tempatnya berbaring akan menjadi miliknya dan janji Allah kepada Abraham diturunkan kepadanya. Tempat itu menjadi tempat yang sangat spesial bagi Yakub, yang sebelumnya bernama Lus dinamai menjadi Betel yang berarti “rumah Allah”. Ada satu hal yang sangat menarik dari konsep memiliki yang dianjurkan Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Walaupun mereka memiliki, mereka harus bersikap sebagai orang asing. Rasul Paulus juga menyatakan hidup sebagai orang tak bermilik, sekalipun memiliki segala sesuatu (2 Korintus 6:10). Artinya harus menjaga jarak dengan segala sesuatu yang kita miliki. Hal itu berarti semua umat Allah harus menguasai diri agar tidak terikat dengan segala sesuatu yang dimililki.
Dalam Injil Lukas 16, Tuhan Yesus sangat detail menjelaskan sikap yang benar dan tepat kepada milik bersifat kebendaan atau materi. Orang percaya atau umat Allah dapat tetap fokus sebagai pengikut Kristus menggunakan miliknya. Karena dalam menggunakan harta duniawinya selalu dihubungkan dengan peningkatan hidup rohaninya. Bila pengikut Kristus diberkati dengan perolehan yang berlimpah, dia justru harus semakin mendekatkan diri dengan Allah sumber berkat itu. Bila harta mempersulit kita membangun hubungan dan berpusat kepada Kristus hal itu berarti dapat dikategorikan sebagai sikap terikat dengan harta atau lebih ekstrim lagi mengabdi kepada harta. Padahal kita sama sekali hanya mengabdi kepada Allah, tidak boleh mengabdi kepada dua tuan.
Tuhan Yesus menegor orang Farisi yang mengabdi kepada Allah dan mamon. Orang Farisi membanggakan kekayaan sebagai bukti kesetiaan mereka mengamalkan hukum taurat. Mereka mecemohkan Yesus karena “miskin” sebagai tanda Allah tidak menghargainya. Untuk itulah Yesus mengkisahkan orang kaya menghabiskan waktunya dengan gaya hidup yang berpusat pada diri sendiri yang berakibat menderita selama-lamanya, Lazarus yang berarti “Allah adalah penolongku”, dalam penderitaannya tidak pernah melonggarkan pengabdiannya kepada Allah. (MT)
Saudara dapat menggunakan harta semakin mendekat kepada Allah tetapi juga harta dapat menjauhkan saudara dari Allah.