Sabtu 09 Februari 2019
JANJI DAN KEWAJIBAN
Kejadian 12; Mazmur 6; Lukas 8:1-25
Ayat Mas / Renungan
Kejadian 12:3 “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat”.
Mazmur 6:10 “Tuhan telah mendengar permohonanku Tuhan menerima doaku”
Janji Allah kepada Abram sungguh menakjubkan. Janji yang besar itu juga disertai dengan peristiwa-peristiwa besar. Salah satunya adalah penampakan diri Allah kepada Abram. Istilah teologinya adalah “teofani”. Penampakan atau manifestasi Allah secara objektif kepada umat-Nya. Dalam hal ini adalah awal Allah secara nyata menyatakan diri dalam bentuk manusia kepada seseorang. Abram mengalaminya untuk meneguhkan janji Allah kepadanya. Mengapa Abram? bukan yang lain. Tentu pada zaman itu ada juga orang yang lebih baik dari Abram. Tetapi mungkin juga Abramlah yang terbaik pada zamannya. Terlepas dari mempertanyakan mengapa Abram? Satu hal yang pasti, Allah tidak mungkin salah pilih. Lagipula itu adalah “kedaulatan Allah”. Janji Allah kepada Abram bukanlah semata untuk kepentingan Abram adalah janji berkesinambungan hingga kedatangan Yesus sebagai kabar baik yang datang untuk memberkati semua manusia dengan anugerah keselamatan dari Allah. Janji Allah itu terbungkus dengan apik dalam sejarah perjalanan hidup Abraham hingga berlanjut ke sejarah berdirinya dan perjalanan sejarah hidup bangsa Israel.
Melalui pengalaman Abram menjelaskan bahwa panggilan umat Allah bukan hanya berdiri dari berbagai janji yang menyenangkan, tetapi juga berupa kewajiban yang menuntut kewajiban dan ketaatan hingga penyerahan diri yang total kepada Allah. Ada kewajiban untuk meninggalkan kenyamanan Abram di negerinya sendiri dalam kondisi kehidupan yang sudah mapan. Dia pergike negeri yang dijanjikan Allah bermodalkan keyakinan bahwa pemberian Allah pasti lebih baik. Abram percaya janji Allah walaupun janji Allah itu sangat tidak mungkin terealisasi menurut akal bila dihubungkan dengan kondisi rumah tangga Abram. Dan ketaatan kepada Allah itu harus pula disertai dengan usaha maksimal untuk hidup benar. Karena standar Allah itu memang tinggi tidaklah mustahil bila adakalanya Abram gagal untuk mencapainya, seperti kasus kebohongannya menyatakan Sara adalah adiknya kepada Firaun untuk menyelamatkan diri. Dalam hal ini kita tahu betapa jujurnya Alkitab menjelaskan fakta yang sesungguhnya, tanpa berusaha menutupi kegagalan Abram. Fakta ini mengajarkan kita bahwa Allah itu adalah pemurah yang terus menuntun umat-Nya dengan kemurahan tak berkesudahan agar kembali lagi ke arah maksud dan kehendak-Nya. (MT)
Berpegang kepada janji Allah itu indah tetapi akan semakin indah bila melakukan berbagai kewajiban mentaati kehendak-Nya dan berjuang hidup semakin benar.