Kamis 31 Januari 2019
MASA PENANTIAN TAK MUDAH
“…tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”(Habakuk 2:3)
Dalam segala hal kita maunya serba instan, GPL (gak pake lama), lalu muncullah istilah makanan cepat saji. Kita tidak mau menanti, apalagi dalam kurun waktu yang lama, sedangkan mengantri yang cuma membutuhkan waktu beberapa menit saja kita tidak mau. Bahkan budaya antri belum terbentuk di negeri kita ini. Perhatikan dalam kehidupan sehari-hari: ketika jalanan padat merayap atau macet banyak sekali pengemudi yang tidak mau sabar atau antri, mereka saling serobot, berani melanggar marka jalan dan membunyikan klakson tanpa henti. Di lampu merah sekali pun mereka tidak sabar menanti meski cuma beberapa menit.
Rasa tidak sabar menanti dan menginginkan sesuatu secara cepat juga terjadi pada Abraham. Ketika berumur tujuh puluh lima tahun Tuhan berjanji kepadanya bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar. Namun setelah menunggu waktu 10 tahun lamanya Sara (isterinya) belum juga mengandung Abraham pun menjadi tidak sabar, akhirnya ia pun mengikuti saran istrinya untuk menghampiri hambanya, Hagar (Kejadian 16:2), yang akhirnya melahirkan seorang anak yaitu Ismael, tetapi Ismael bukanlah anak perjanjian. Karena kurang sabar menanti janji Tuhan Abraham nekad mengambil jalan pintas walaupun akhirnya Tuhan menepati janji-Nya: Sara mengandung dan melahirkan Ishak baginya sebagai anak perjanjian. Abraham harus menunggu selama dua puluh lima tahun!