Selasa 29 Januari 2019
MENANTI DENGAN PENUH IMAN
Bagi kebanyakan orang menanti adalah suatu pekerjaan yang sangat membosankan, suatu kondisi yang paling tidak menyenangkan. Menanti sering membuat seseorang mudah terpancing emosi, marah, kecewa, kesal, tersinggung dan juga jengkel karena merasa dipermainkan, apalagi menanti sesuatu yang tidak jelas kepastiannya. Seringkali keadaan kita runyam oleh omongan orang lain yang melemahkan. Tak terkecuali dalam pengiringan kita akan Tuhan. Kita begitu mudahnya termakan oleh intimidasi iblis yang berbisik, “Percuma menantikan pertolongan dari Tuhan, buktinya sudah berdoa bertahun-tahun tetap tidak ada jawaban. Lebih baik mencari pertolongan kepada orang pintar, pertolongannya secepat kilat.” Akhirnya kita pun memutar haluan, tidak lagi tekun menanti-nantikan Tuhan. Pada dasarnya di dalam suatu penantian, ketekunan dan kesabaran kita diuji. Kita dilatih untuk bersikap tenang, tidak terburu-buru dan senantiasa berpikiran positif. Melalui ‘menanti’ ini kita juga diajar untuk mengerti keadaan orang lain, terlebih-lebih kita dididik untuk memahami kehendak Tuhan dan menyadari bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita.
Sebagai orang percaya, apa saja yang kita nantikan? Kita menantikan jawaban atas doa-doa kita dan juga janji-janji Tuhan digenapi dalam kehidupan kita yang meliput berkat, pemulihan, kesembuhan dan sebagainya. Alkitab nasihatkan mengenai hal ini: ”Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (Lukas 18:7).