Sabtu 12 Januari 2019
MENYEMBAH DALAM ROH DAN KEBENARAN
“Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.“ (Yesaya 54:10).
Menyembah Allah haruslah dalam roh dan kebenaran. Kedua-duanya, tidak boleh satu di antara dua. Ada yang datang menyembah dengan sikap bebas dan spontan. Mereka penuh gairah menghampiri Allah disertai kidung Mazmur. Secara bebas mengungkapkan perasaan. Dari bersorak kegirangan tiba-tiba saja hening serta menangis. Tidak ada yang keliru dengan ibadah dan penyembahan yang penuh gairah. Hanya saja perlu diketahui bahwa ibadah dan penyembahan lebih daripada pengalaman emosional. Untuk menjadi penyembah yang otentik, penyembahan penuh gairah harus dirajut dengan kebenaran.
Dalam membangun kehidupan berjemaat biasanya umat Tuhan menentukan pilihan yang tepat baginya, di gereja mana dia berjemaat. Biasanya dia akan menentukan tempat berdasarkan suka atau tidak suka, cocok atau tidak cocok. Dia betah di gereja karena jemaat beribadah dengan semangat yang tinggi dan terasa penuh gairah dan sungguh hidup. Ada juga yang memilih gereja tempat membangun, hidup berjemaat karena menganggap jemaat sangat Alkitabiah dan sungguh kuat dalam soal kebenaran.
Tetapi perlu diketahui bahwa tidaklah tepat memilih di antara keduanya kita membutuhkan spirit dan kebebasan untuk mengungkapkan iman dengan penuh gairah karena melibatkan semua aspek kehidupan. Tetapi kitapun membutuhkan sikap yang teguh untuk terus berpijak pada kebenaran. Ibadah dan penyembahan sejati adalah bila batin yang terdalam meledak dengan penuh kegembiraan setelah menerima informasi yang benar tentang Allah. (MT)