Rabu 09 Januari 2019
LELUASA MENYEMBAH ALLAH
“Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah” (Matius 27:51).
Dalam keluaran 26:33 di jelaskan tentang sehelai tabir yang memisahkan “tempat Kudus” dari “tempat Maha Kudus”. Tempat kudus adalah tempat imam berdoa menyembah Allah serta mengucapkan syukur mewakili umat. Sedangkan “tempat Maha Kudus” adalah tempat tinggal Allah. Tabir itu menggambarkan kebenaran yang penting, yaitu bahwa manusia tidak boleh leluasa berhubungan dengan Allah karena terhalang oleh dosa. Memasuki tempat Maha Kudus sangat dibatasi, hanya imam besar yang boleh masuk yaitu satu hari dalam satu tahun. Dan itupun harus disertai dengan mempersembahkan darah dari korban pendamaian. Untuk bisa leluasa menghadap Allah haruslah merobek tabir itu dan menyingkirkan sistem kemah suci yang berlaku.
Mari kita mengadakan tinjauan ketika para pembunuh Yesus pulang dari Golgota masuk ke dalam bait Allah. Apa yang mereka dapati? Tirai besar yang memisahkan tempat kudus dengan tempat Maha Kudus sobek sepertinya mereka tidak menyimak arti sobeknya tirai tersebut. Mereka sama sekali tidak perduli bahwa sesungguhnya sobeknya tirai tersebut berhubungan erat dengan kematian Tuhan Yesus. Kematian Tuhan Yesuslah yang telah merobekkan tirai tersebut. Kematian Tuhan Yesus telah membuka jalan bagi umat untuk leluasa berhubungan dengan Allah. Peristiwa ini merupakan kabar baik bagi penyembahan sejati.
Bagi penyembah sejati fokus ibadah adalah Allah bukan hanya nama-Nya tetapi pribadi-Nya. Dia ada di setiap tempat dan waktu maka penyembah sejati akan selalu berada di hadirat Allah. Kematian Yesus yang merobek tabir itu menjadi jaminan pasti bagi kita untuk setiap waktu di setiap tempat leluasa menyembah untuk menikmati hadirat Allah. (MT)