Minggu 30 Desember 2018
PERGUMULAN DAN PENYERTAAN ALLAH
“Oleh karena bangsa ini telah menolak air Syiloah yang mengalir lamban, dan telah tawar hati terhadap Rezin dan anak Remalya, “sebab itu, sesungguhnya, Tuhan akan membuat air sungai Efrat yang kuat dan besar, meluap-luap atas mereka, yaitu raja Asyur dengan segala kemuliaannya; air ini akan meluap melampaui segenap salurannya dan akan mengalir melampaui segenap tebingnya,“ (Yesaya 8:6-7).
Bangsa yang menolak air Syiloah adalah gambaran dari bangsa Yehuda yang menolak pemerintahan Allah yang penuh kemurahan melalui raja-raja keturunan Daud yang saleh. Syiloah adalah mata air yang mengalir dengan tenang membawa kesegaran dan kesejukan. Syiloah adalah sumber air di bawah tanah di Yerusalem dan sangat membantu saat Yehuda diserang bangsa lain. Dalam Perjanjian Baru disebut kolam Siloam yang berarti “yang diutus”. Jadi penolakan kepada Syiloah adalah penolakan kepada utusan dan kemurahan Allah. Penolakan kepada kemurahan Allah resikonya adalah “mengalami banjir yang meluap-luap” dari sungai Efrat. Banjir ini melambangkan sebuah pasukan Asyur. Pertanyaannya adalah: Apakah semua orang Yehuda menolak Allah? Jawabannya adalah: tentu saja tidak semua. Dalam pembacaan Alkitab hari ini sangatlah jelas bahwa penyerangan dasyat dari Asyur yang digambarkan bagaikan banjir yang melanda Yehuda disisipkan kata “Ya Imanuel…”
Karena kesetiaan sebagian kecil saja akan menjamin penyertaan Allah kepada umat-Nya. Tentu pergumulan si sangat minoritas ini tidak mudah. Tetapi penyertaan Allah memberi jaminan mereka mampu memancarkan pengaruh atau memberi dampak karena rencana si besar kuat akan gagal tetapi rencana Allah melalui si kecil lemah yang setia akan terlaksana. (MT)