Senin 24 Desember 2018
DOA DAN PENYERTAAN ALLAH
“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan DIa Imanuel” (Lukas 1:28).
Pada suatu saat penulis berdiskusi dengan sekelompok mahasiswa teologia yang sedang berkunjung ke sekolah tempat penulis mengajar. Setelah banyak berbicara, pembicaraan mengarah kepada kehidupan doa. Mungkin menurut mereka penulis agak ekstrim. Salah seorang menanggapi dengan berkata, Pak! Berdoa bukanlah indikator yang tepat untuk menghadapi masalah, karena doa tidak mampu berbuat apa-apa. Tindakan nyata adalah hal yang mutlak bukan berdoa.
Penulis cukup terkejut juga dengan pendapat anak muda tersebut. Merasa saya adalah tuan rumah dengan nada tinggi berkata “Berdoa adalah tindakan nyata bukan khayalan”. Berdoa adalah fasilitis yang dianugerahkan Allah kepada umat-Nya yang harus kita manfaatkan dengan baik sebagai pembuktian bahwa kita bersandar kepada Allah. Walaupun Ahas menolak tawaran Allah agar dia berdoa, Allah tetap memberi tanda bahwa selalu ada penyertaan Allah dengan lahirnya “Imanuel”. Penggenapan utama nubuat ini terjadi pada kelahiran Yesus dari perawan Maria.
Dalam hal ini nabi Yesaya menubuatkan bahwa doa akan selalu berhubungan dengan penyertaan Tuhan. Penyertaan Tuhan pun selalu berhubungan dengan pergumulan umat-Nya. Ketika murid-murid Yesus menghadapi berbagai persoalan Yesus selalu ada. Daud merasakan dan mengalami penyertaan Allah justru sedang berada dalam kekelaman. Sebelum Yesus terangkat ke sorga Dia berjanji “Aku menyertai kamu sampai kesudahan alam”. Penyertaan Tuhan bukan untuk dinikmati sendiri tetapi untuk dibuktinyatakan. Karena Tuhan Yesus justru membuktikan keberadaan-Nya dibumi ini kini melalui pancaran pengaruh-Nya melalui umat-Nya. (MT)