Kamis 13 Desember 2018
MISKIN TAPI KAYA
“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan.” (2 Korintus 8:9).
Suatu kenyataan indah yang patut kita renungkan setiap natal tiba adalah “Allah menjadi manusia”. Dan menjadi manuisa dengan status miskin karena kelahiran-Nya saja hanya di sebuah kandang domba. Allah tidak memilih menjadi manusia dengan status sosial tinggi dan kaya untuk menjadi terhormat. Tetapi Dia disambut para malaikat di sorga secara terhormat. Para gembala datang sujud menyembah-Nya dan para cerdik cendekia dari Timur datang dari jauh menyatakan rasa hormat yang tulus kepada-Nya.
Sepanjang perjalanan pelayanan-Nya sebagai manusia Yesus tidak tergolong manusia yang kaya dengan status sosial yang tinggi. Itulah sebabnya Dia sering tertolak dan tidak jarang disepelekan oleh kelompok-kelompok keagamaan. Tetapi sejarah membuktikan bahwa Dia tetap mempunyai jiwa yang kaya. Dia kaya dengan kebajikan, kaya dengan kemurahan, kaya dengan kepedulian. Sejarah juga membuktikan bahwa hakikat-Nya memberi bahkan mengorbankan hidup-Nya. Dia menunjukkan bahwa miskin secara duniawi bukan berarti tidak berdaya dan tak mampu berkarya. Dia menjadi manusia yang miskin secara kepemilikkan materi tetapi tetap kaya dalam kehidupan secara menyeluruh. Dia tetap memiliki kekayaan dalam hidup kekekalan. Dia menjadi miskin agar kita dapat ambil bagian dalam kekayaan kekal-Nya.
Natal adalah suatu pernyataan Allah bahwa miskin bukan berarti tidak berdaya. Natal adalah suatu pernyataan Allah bahwa miskin bukan berarti kehilangan kehormatan. Natal adalah suatu pernyataan Allah bahwa semua manusia mempunyai kesempatan hidup kaya dalam kemurahan dan anugerah Allah. “Selamat ambil bagian dalam kekayaan kekal-Nya”. Ya miskin tapi kaya. (MT)