Senin 08 Oktober 2018
BUKAN DARI DAN UNTUK MANUSIA
Matius 6:1-6; 16-18
Sabar dalam bahasa Yunani disebut “hypomone” yang berarti kuat dan teguh dibawah tekanan dan tahan menderita. Pengertian yang ditekankan melalui kata “hypomone” ini adalah bahwa sabar bukanlah menerima segala sesuatu sebagai nasib yang tidak mungkin diubah. Sebab bila sabar diartikan sebagai menerima nasib berarti tidak ada usaha untuk keluar dari masalah. Malahan filosofi orang sabar itu adalah setiap masalah pasti ada solusinya. Orang sabar itu aktif dan kreatif sedangkan menerima nasib biasanya pasif dan kehilangan kreatifitas. “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan” (Roma 2:6-7). Sabar itu dinyatakan oleh pengikut Kristus dalam bekerja dan bergerak dalam hal berbuat baik tanpa jemu-jemu walaupun tidak selalu mendapat balasan atau hasil yang memadai. Sabar itu juga sering disejajarkan dengan tekun, berani dan tidak menyerah.
Di sebuah desa yang penduduknya hidup dari pertanian dan mengandalkan curah hujan dapat dijadikan sebagai contoh dalam hal kesabaran. Adalah Pak Sabardo yang menerima kenyataan gagal panen karena curah hujan yang tidak cukup untuk tanaman padinya. Diapun segera banting stir mengolah tanah pertaniannya untuk layak ditanami cabe. Berat memang tetapi usaha kerja kerasnya membuahkan hasil yang limpah. Rasul Paulus menasehati anaknya Timotius agar sabar bagaikan seorang prajurit, olahragawan dan petani. Jadi sangat jelas bahwa kesabaran yang diharapkan bukanlah terima nasib. Prajurit taat walau dalam tekanan, olahragawan berkompetisi walaupun Harus ikut aturan dan petani harus terus berusaha walaupun di hadang kegagalan. (MT)