Jumat 21 September 2018
MEMBESAR-BESARKAN UNTUK MEMPERJELAS
Lukas 16:39-45
Untuk menarik perhatian pendengar sering terjadi seseorang mendramatisasi informasi agar pendengar betul-betul memperhatikan dan menyimak informasinya. Tetapi terkadang informasi menjadi kurang akurat dan terjadi penyimpangan dari informasi yang benar. Dalam memberikan kesaksian pribadi di gereja hal seperti ini sering terjadi. Contohnya seorang penginjil yang baru saja melaksankan kebaktian kebangunan rohani di lapangan terbuka, mendramatisasi informasi dengan mengatakan kebaktian kebangunan rohani dihadiri ribuan orang pada hal bila dihitung hanya dihadiri oleh ratusan orang. Terjadi kesembuhan untuk ratusan orang padahal yang betul hanyalah puluhan orang. Itulah kelemahan dalam hal mendramatisasi informasi. Betul menarik tetapi rentan terhadap pembelokan fakta atau kebenaran. Dalam memberikan ajaran-Nya Yesus memakai berbagai perumpamaan. Perumpamaan bukanlah dramatisasi. Yesus menggunakan perumpamaan bukan bertujuan agar ajaran-Nya lebih menarik tetapi tujuan-Nya adalah agar ajarannya jelas dan mudah dimengerti. Dalam menggunakan perumpamaan Yesus juga sering membesar-besarkan materi yang digunakan tetapi tetap tidak membelokkan kebenaran atau materi yang dipakai. Terkadang membesar-besarkan dengan tujuan memperjelas tetap dalam kerangka sebuah perumpamaan.
Dalam pembacaan Lukas 6:39-45 terdapat empat perumpamaan dengan empat ajaran yang sangat baik. Menjadi bacaan Firman singkat yang padat isi, arti dan nilai. Khususnya ayat 41 adalah perumpamaan yang membesar-besarkan materi untuk memperjelas pesan agar tidak menghakimi “…sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?”. Yang benar saja balok yang besar di mata yang kecil, mana mungkin. Inilah yang saya maksud membesar-besarkan untuk memperjelas. Kegagalan mengetahui kesalahan sendiri adalah alasan memudahkan menghakimi orang lain. Gagal melihat kesalahan besar diri sendiri tetapi sangat jeli melihat kesalahan kecil orang lain.