Rabu 29 Agustus 2018
MEMBAJAK TANAH HATI
Amos 9:11-15
“Sesungguhnya, waktu akan datang,’demikianlah firman TUHAN, bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran.” (Amos 9:13)
Seorang hamba Tuhan atau pemberita Injil adalah sama seperti seorang petani yang sedang membajak tanah. Mengapa tanah harus dibajak lebih dahulu? Karena tidak semua tanah itu baik dan siap pakai, ada tanah keras, ada pula yang berbatu. Tujuan membajak adalah untuk menggemburkan tanah atau melembutkan tanah yang akan ditaburi benih.
Begitu pula tugas pemberita Injil. Sebelum menyampaikan Firman atau menabur benih ia harus mempersiapkan tanah hati pendengar melalui doa, memohon campur tangan Tuhan, karena hanya kuasa Roh Kudus yang sanggup menjamah, menggerakkan, membasahi, meluluhkan dan melembutkan setiap hati yang keras.(Ibrani 4:12). Tindakan membajak ini harus dilakukan terus-menerus, tidak ada waktu untuk berhenti jika kita mengharapkan tuaian. ”Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.” (Amsal 20:4). Dalam membajak ‘tanah’ hati seorang pekerja tidak boleh memiliki sikap mudah putus asa, sekalipun ada masalah ketika pekerja mendapati tanah yang dibajaknya adalah tanah yang keras. Sebagian dari mereka merasa lelah, bersungut-sungut dan kemudian berhenti membajak.
Belajarlah kepada Musa, orang yang diutus Tuhan untuk memimpin umat Israel yang tanah hatinya sangat keras, di mana Tuhan sendiri menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk(Keluaran 32:9). Namun Musa mengerjakan tugas yang dipercayakan Tuhan ini dengan penuh kesabaran dan hati yang lemah lembut. Jika tidak, Musa pasti akan gagal di tengah jalan, sebab ”Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Lukas 9:61-62). (YR)