Minggu 22 Juli 2018
SEMPATKAN BUKAN BILA SEMPAT
Yohanes 17:1-26
Menjadikan ibadah dan berdoa menjadi pilihan terakhir dalam aktifitas harian umat Tuhan terbukti melalui kalimat “bila sempat saya akan beribadah dan berdoa”. Biasanya kalimat ini diucapkan dengan rasa tidak bersalah bahkan sedikit bangga, karena mengesankan bahwa dia orang sibuk. Berbeda dengan seorang reformator Martin Luther yang berkata “karena saya sangat sibuk setiap hari, maka saya menyempatkan diri berdoa tiga jam sebelum saya memasuki aktifitas harianku”. Bukan tanpa alasan dia membuat keputusannya. Sebab dia telah mempunyai pengalaman, bila menunda-nunda waktu untuk berdoa sudah dipastikan akan terlupakan. Sebab kalau dia sudah memasuki kesibukan, biasanya akan terlupakan. Pernah juga dia berprinsip berdoa bila sempat, akibatnya tidak sempat juga bila sudah memasuki kesibukan hariannya.
Penulis terlahir dan dibesarkan di desa yang semua penduduknya penganut agama Kristen. Mungkin karena waktu itu gereja jauh hanya sedikit saja yang aktif beribadah. Tetapi setiap malam tahun baru adalah waktu yang sangat berkesan bagi penulis. Karena biasanya anak-anak membuat kelompok-kelompok kecil mendatangi setiap keluarga untuk memberi salam kepada orang tua. Biasanya salah seorang dari kelompok memimpin menyanyikan pujian rohani dan seorang lagi memimpin doa setelah mendapat nesehat dari orangtua. Setelah meninggalkan desa kegiatan ini telah menjadi dasar yang kuat bagi penulis untuk menyempatkan diri berdoa.
Walaupun banyak kesempatan telah terlewatkan, tetapi sekarang waktunya menyempatkan diri untuk berdoa, bukan berdoa bila sempat. Agar tidak ada kesempatan yang terbuang tanpa doa.