Kamis 19 Juli 2018
TIDAK HARUS SEMPURNA
Matius 19:16-30
Ada seorang gembala jemaat yang berperilaku sangat baik dan nyaris sempurna. Tidak heran jika jemaat yang dia pimpin menyanjungnya atas karakternya yang betul-betul disimpulkan sempurna. Status sempurna itu ternyata membelenggu dirinya. Diapun menikmatinya dan juga dari kothah-kotbahnya menjadi sangat tinggi tuntutannya. Dia pun menjelma menjadi malaikat di mimbar dengan kothah yang betul-betul berisi tuntutan dan desakan agar jemaatnya sempurna. Tidak boleh ada kesalahan kecil pun, karena hal itu akan menjadi noda yang sangat buruk dan mengganggu. Tanpa sadar diapun harus terpaksa serba tahu dan berpura-pura menjadi lebih saleh daripada yang sebenarnya. Dia seorang muda tampan dengan pendidikan yang baik dan menikmati pernikahan yang baik pula. Dia mempunyai modal kepribadian dan karya yang mengesankan. Akhirnya dia terbentuk menjadi percaya diri dan mempunyai keyakinan yang berlebihan serta mengharapkan kesempurnaan dari setiap orang termasuk dirinya sendiri. Keadaan ini nyaris menjadi bencana bagi dirinya. Karena berbuat kesalahan sedikit saja dia menghukum dirinya seperti juga dia menghakimi orang lain yang berbuat kesalahan.
Pada suatu hari dia sangat heran ketika jemaatnya biasa saja saat dia melakukan suatu kesalahan dalam laku dan perkataannya. Dia lebih heran lagi saat seseorang mewakili jemaat berkata “Kami sangat lega melihat bapa tidak sempurna, karena kami menyukai pemimpin dan pengkhotbah manusia, bukan malaikat” sejak saat itu dia menjadi seorang yang jujur, tulus, hidup apa adanya tanpa pencitraan. Pemuda kaya dan pelaku sepuluh perintah Allah, meninggalkan Yesus karena ingin sempurna. Padahal sempurna itu adalah perjuangan seumur hidup bagi semua pengikut Yesus. Pemuda kaya mundur teratur. Padahal bila dia mengikut Yesus dia pasti menjadi pengikut Yesus yang luar biasa.