Kamis 26 April 2018
DARI TIDAK AKAN MENJADI SELALU
Kisah Para Rasul 10:1-48
Petrus muda adalah seorang yang sangat mudah menuruti suara hatinya dalam melangkah dan bertindak. Kata-kata yang sering dia pakai menuruti suara hatinya adalah “tidak”, “tidak akan” atau “tidak akan pernah”. Ketika Yesus memberitahukan penderitaan-Nya, Petrus langsung berkomentar, “Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”. Di lain kesempatan Yesus memberitahukan penderitaan-Nya disertai dengan penjelasan bawah murid-murid akan tergoncang imannya, Petrus pun merespon “Aku tidak akan tergoncang tetapi akan menyangkal Yesus. Petrus masih menjawab sampai matipun aku takkan menyangkal Engkau. Dalam Yohanes 13, Petrus juga berkata saat Yesus mau membasuh kakinya, “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya”. Tetapi saat Yesus mengatakan bila tidak akan mendapat bagian di dalam aku Petrus malah berkata jangan hanya kakiku saja tetapi seluruh tubuhku. Inilah bagian dari sifat menuruti seluruh tubuhku. Inilah bagian dari sifat menuruti kata hati Petrus. Menanggapi situasi spontan tanpa berpikir panjang. Akibatnya sering sangat labil, tidak konsisten. Tetapi dalam setiap membuat pernyataan sesungguhnya Petrus tulus dan sungguh-sungguh. Hanya saja dia cenderung mengikut Tuhan dengan suara hati dan kekuatannya sendiri.
Setiap ajaran dan pernyataan Yesus membuatnya sangat tersentuh secara emosional, sehingga dia sering kurang memahami secara mendalam. Yang mendasari respon Petrus mengatakan tidak akan adalah bila terjadi maka harapan-harapannya yang besar akan sirna. Bila jagoannya meninggal maka harapannya jadi orang besar gagal. Tetapi setelah Dia dipulihkan Yesus setelah kebangkitan-Nya terjadi perubahan yang cukup radikal. Sepuluh tahun setelah kebangkitan Yesus, dalam sebuah penglihatan dia diperintahkan mengolah dan memakan hewan haram. Dalam mempertahankan imannya dia mengatakan “tidak akan pernah”.
Tetapi setelah mendapat penjelasan dia langsung memahami, dia langsung taat. Petrus masih banyak dipengaruhi latar belakangnya. Salah satu adalah menganggap orang non-Yahudi haram dan najis. Sisa-sisa prasangka negatif kepada orang non-Yahudi masih melekat kepada dirinya. Itulah sebabnya Petrus sempat menghalang-halangi orang non-Yahudi masuk ke dalam gereja. Tuhan Yesus bertindak langsung mempertemukan Petrus dengan Kornelius yang non-Yahudi dalam usaha mengubahkan pola pikirnya terhadap non-Yahudi. Petrus betul-betul berubah dari sikap tidak akan melayani non-Yahudi menjadi akan selalu siap mengasihi dan menguatkan mereka dalam Tuhan. Tetapi perubahan itu terjadi melalui proses yang panjang untuk belajar.
- M1 – Menerima : Terima firman Tuhan sebagai kisah nyata campur tangan Allah.
- M2 – Merenungkan : Siapa yang mempertemukan Petrus dengan Kornelius.
- M3 – Melakukan : Jadikan pribadi yang siap berubah.
- M4 – Membagikan : Sharingkan indahnya hidup siap berubah.