Sabtu 21 April 2018
MENGATASI KESOMBONGAN
Mazmur 131:1-3; Markus 9:33-37
Kesombongan melekat dalam hati manusia. Itu betul, buktinya semua manusia berpotensi manjadi orang sombong. Apa saja yang membuat seseorang hidup semakin sombong? Tentu banyak hal yang memicu kesombongan yang melekat dalam hati manusia itu semakin menjadi-jadi.
Mungkin kekayaan walaupun kita tidak boleh berasumsi orang kaya pasti sombong. Karena kemiskinan pun bisa membuat seseorang menjadi sombong. Mungkin juga kepintaran tetapi jangan pernah menyimpulkan bahwa orang pintar pasti sombong. Karena dalam kenyataannya banyak juga orang bodoh atau orang tidak pintar sombongnya selangit. Atau boleh juga ketampanan dan kecantikan menjadi alasan seseorang menyombongkan diri, hanya saja keliru bila kita mengatakan orang tampan dan orang cantik pasti sombong. Sebab kesombongan tidak didominasi orang ganteng dan orang cantik. Karena kesombongan melekat dalam hati manusia. Baik pada hati manusia yang kaya juga dalam hati mereka yang miskin. Melekat pula pada hati mereka yang pintar dan juga pada hati si bodoh. Melekat pada hati si ganteng dan si cantik juga dalam hati mereka yang tidak ganteng dan cantik. Pendek kata manusia semua terlahir dengan potensi menjadi orang sombong. Sebab itu harus ada upaya praktis untuk mengatasi kesombongan.
Raja Daud mempunyai bayak alasan untuk sombong. Dia adalah panglima perang yang menjadi raja, pemazmur yang handal dan pria tampan yang menjadi rebutan gadis-gadis pada zamannya. Tetapi dia mengaku dan berkata kepada Tuhan aku tidak sombong. Ingat! Daud berkata kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Daud mengatasi kesombongan yang melekat pada hatinya dengan cara memerangi jiwanya, melawan hatinya yang memang berpotensi untuk sombong. Dan berbagai penderitaannya di terima sebagai hal yang berkontribusi memerangi jiwanya agar kesombongan yang melekat pada hatinya semakin terkikis.
Markus 9:33-37 mengisahkan murid-murid yang memperebutkan siapa yang paling besar di antara mereka. Memperebutkan yang paling besar adalah ungkapan kesombongan ingin dipandang lebih dari yang lain. Tuhan Yesus tidak melarang mereka menjadi besar tetapi Yesus mengalihkan kebesarannya karena kesombongan menjadi kebesaran karena merendahkan hati. “Menjadi pelayan” yang siap melayani dan “menjadi anak kecil” yang siap berubah. Mengatasi kesombongan adalah siap melayani dan berubah menjadi besar dalam hal-hal yang besar. Menjadi besar dalam pengabdian, berbesar hati dalam menghadapi kesulitan bahkan fitnahan sekalipun.
- M1 – Menerima : Terima Firman sebagai perintah untuk ditaati.
- M2 – Merenungkan : Bagaimana mengatasi kesombongan.
- M3 – Melakukan : Berbesar hatilah menghadapi kesombongan
- M4 – Membagikan : Sharingkan bagaimana cara menjadi besar dalam pengabdian.