Jumat 20 April 2018
MENGATASI PRASANGKA
Matius 7:1-5; Yakobus 2:1-13
Berbagai kejahatan dalam bentuk penipuan membuat orang-orang zaman now cenderung berprasangka. Berprasangka buruk atau suudzon sering disamakan dengan hati-hati atau bersikap waspada. Ada juga satu hal lagi yang sering membuat orang berprasangka salah. Bila ada sekelompok orang katakanlah ibu-ibu sedang berbagi atau sharing merasa terganggu karena mengira sedang menggosipkan dirinya. Terkadang pula ada teman yang saat bertemu tidak menyapa langsung mengira ada apa dia padaku. Ada banyak hal yang membuat seseorang berprangka buruk.
Dulu waktu masih muda saya punya pengalaman yang lucu. Saya kan orangnya ganteng dan ramah. Tak disangka-sangka ada seorang gadis merasa aku mencintainya, hanya dia merasa aku sudah menjadi pacarnya. Memang itulah resikonya orang ganteng. Nah saudara juga sekarangkan sudah berprasangka buruk kepada saya. Saudara sudah menganggap saya mengaku-ngaku ganteng, padahal memang ia, eh… saya dituduh sombong, padahal kan saya cuma angguh dan tinggi hati. Eh makin ngaur… tapi saudara bilang dalam hati lagi bukan ngau tapi fakta. Betul juga ya? Betapa mudahnya kita berprasangka. Sebab itu perlu juga tahu caranya “mengatasi prasangka”.
Pertama kita harus tahu bahwa berprasangka buruk biasanya dieksekusi dengan menghakimi. Bila kita jujur kita akan sangat tidak suka dihakimi. Sebab itu jangan pernah menghakimi orang lain. Tuhan Yesus tidak melarang kita menggunakan persepsi atau mempertimbangkan adanya kesalahan atau kejahatan dilakukan orang lain agar kita bisa menyikapi penipuan dan pengajaran palsu yang datang menyerang gereja Tuhan. Dan perintah untuk tidak menghakimi bukan berarti melalaikan disiplin di gereja. Yakobus lebih tegas menyatakan bahwa berprasangka buruk beda-beda tipis dengan memandang muka atau memandang penampilan.
Bila berpenampilan mewah kita merasa aman karena pasti dia tidak akan termotivasi salah. Tetapi bila kita berpenampilan acak-acakan kita langsung terganggu karena hati kita langsung berprasangka buruk atau suudzon. Sangatlah salah berburuk sangka. Kecenderungan berburuk sangka harus diatasi walaupun tidak perlu mengorbankan sikap waspada.
Jadi keadaan zaman now hendaklah kita tertantang untuk membuang prasangka buruk. Karena siapapun yang diijinkan Tuhan datang kepada kita adalah jiwa yang membutuhkan kasih kita.
- M1 – Menerima : Terimalah Firman sebagai kebenaran untuk ditaati.
- M2 – Merenungkan : Mengapa kita perlu waspada tanpa berburuk sangka?
- M3 – Melakukan : Dahulukan sikap berbaik sangka.
- M4 – Membagikan : Sharingkan cara hidup waspada tanpa berburuk sangka.