Jumat 13 April 2018
IMAN DAN PERCAYA DIRI
Ulangan 31:1-8; 1 Yohanes 3:19-24
Umat Israel pada zaman Musa adalah negara Teokrasi bukan demokrasi. Jadi pemimpinnya dipilih dan ditentukan oleh Allah bukan oleh rakyat. Allah sendiri yang memilih dan menentukan Musa menjadi pemimpin Israel keluar dari Mesir. Pemimpin pun harus memimpin umat Israel sesuai dengan peraturan yang dibuat Allah sendiri bukan peraturan produk rakyat atau para ahli yang ditunjuk untuk membuat undang-undang. Jadi sudah jelas, siapapun yang dipilih dan ditentukan Allah memimpin umat-Nya syarat utamanya adalah harus hidup dekat dengan Allah.
Musa telah membuktikan diri bahwa dia berhasil memimpin Israel dari Mesir. Kedekatannya dengan Allah tak perlu lagi diragukan. Tetapi Musa hanyalah seorang manusia yang terbatas dalam banyak hal termasuk kekuatan fisiknya. Pada umur 120 tahun dia harus mentaati Allah menyerahkan kepemimpinannya kepada Yosua. Yosualah yang akan melanjutkan perjalanan Israel memasuki Kanaan. Musa harus tunduk kepada ketentuan yang dibuat Allah. Musa hanya melihat Kanaan dari atas bukit Nebo kemudian meninggal. Suksesi kepemimpinan pun harus sesuai dengan waktu yang ditetapkan Allah. Tidak mudah bagi Yosua melanjutkan kepemimpinan Musa.
Yosua adalah seorang yang sangat mengagumi Musa. Pada awalnya dia betul-betul tidak percaya diri memimpin Israel. Dia membandingkan diri dengan Musa sungguh tak sebanding. Musa saja sangat sulit dan berat memimpin Israel apalagi dirinya. Saat Yosua dilanda rasa tidak percaya diri maka Allah sendiri berbicara kepadanya “Seorang pun tidak dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikian Aku akan menyertai engkau, Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yosua 1:5)
Yosua langsung mengalami sendiri indahnya firman Allah yang spontan mampu mengubah kurang percaya dirinya. Imannya menyala-nyala dan menghidupi rasa percaya dirinya. Betul juga bahwa orang yang percaya dirinya sangat besar belum tentu beriman tetapi orang yang beriman sungguh-sungguh pastilah percaya diri. Iman tidak bisa dibangun dengan meningkatkan percaya diri tetapi percaya diri dapat dibangun dengan meningkatkan iman.
Rasul Yohanes menjelaskan juga bahwa saat kita kurang percaya diri satu hal yang dapat kita lakukan adalah “menenangkan hati kita di hadapan Allah” (1 Yohanes 3:19). Menenangkan hati di hadapan Allah bukan cara untuk membangkitkan iman. Sebab bila iman sudah banngkit maka percaya diri pun dipulihkan.
- M1 – Menerima : Terima Firman sebagai kebenaran sejati.
- M2 – Merenungkan : Berdasarkan apa Musa mengangkat Yosua memimpin Israel?
- M3 – Melakukan : Bangunkan iman, percaya diri datang menyusul.
- M4 – Membagikan : Sharingkan cara-cara membangun percaya diri.