Selasa 20 Maret 2018
MENGEJAR STANDAR ALLAH
2 Korintus 7:8-11; Matius 5:4
Agak aneh kedengarannya “orang berdukacita kok berbahagia”. Berbahagia ya berbahagia, berdukacita ya berdukacita, mengapa digabung ya? Bukankah itu seakan-akan mencampurkan air dengan minyak? Suatu pekerjaan yang sia-sia karena tidak pernah berhasil. Tetapi marilah kita mencoba meninjau sejenak agar menjadi jelas. “Mengapa orang berduka cita berbahagia”. Betul juga sih ada kemungkinan seorang suami berbahagia karena kematian istrinya agar dia kawin lagi tanpa hambatan. Tetapi bukan itu yang dimaksud. Karena dukacita yang dimaksud adalah perasaan sedih atas kelemahan seorang anak Tuhan, karena tidak mampu hidup sesuai dengan standar Allah. Dukacita ini biasanya akan menuntun diri yang berduka memasuki pertobatan sebagai langkah awal untuk berjalan menuju kehidupan sesuai standar Allah.
Kemudian dukacita yang dimaksud adalah ikut prihatin dan berbagi rasa dengan Allah atas kejahatan dan kekerasan hati manusia yang tidak mau bertobat. Hal itu berarti kerinduan yang mendalam atas pertobatan orang berdosa agar memperoleh keselamatan. Jadi klop kan ternyata kebahagiaan dan dukacita menjadi kata yang cocok bukan? Karena ternyata dua kata itu bukan bagaikan air dengan minyak yang tidak mungkin bersatu tetapi menjadi dua kata yang bagaikan dua sijoli yang bisa disandingkan bukan? Apa pula hubungannya dengan judul mengejar standar Allah. Tentu ada juga. Jadi begini saudara-saudara para penuai tangguh yang Budiman, orang yang mau mengejar standar Allah dalam kehidupan ini tentu akan berduka melihat dirinya yang hidup jauh dari standar Allah. Dan bila dia melihat banyak orang yang tidak peduli dengan standar Allah dia akan ikut prihatin berbagi kesedihan dengan Allah. Hal itu akan memotivasi dirinya untuk terus bertobat, karena mengejar standar Allah berarti akan selalu siap bertobat dan bertobat.
Rasul Paulus menjelaskan dengan kalimat manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari (2 Korintus 4:16) lebih lanjut rasul Paulus mengatakan bahwa kita harus terus mengejar kesempurnaan sebagai standar Allah (Filipi 3:12). Setiap hari kita harus siap bertobat saat menemukan diri hidup di luar standar Allah. Rasul Paulus lebih dalam lagi bahwa dalam mengejar standar Allah kita sering harus memasuki duka cita menurut kehendak Allah. Dukacita yang menyentuh hati karena dosa menjauhkan kita dari standar Allah. Tetapi dukacita itu pula yang menuntun kita kepada pertobatan. Kalau begitu, bertobat lagi – bertobat lagi dalam rangka mengejar standar Allah.
- M1 – Menerima : Terima firman Tuhan sebagai kebenaran yang absolut.
- M2 – Merenungkan : Apa yang dimaksud dengan dukacita menurut kehendak Allah.
- M3 – Melakukan : Untuk mengejar standar Allah bertobat dan bertobatlah.
- M4 – Membagikan : Bagikan indahnya selalu bersedia bertobat.