Minggu 25 Februari 2018
TETAP MENJADI BERKAT
(Mazmur 137:1-9)
Nabi Yeremia sudah menyampaikan firman Allah kepada Yehuda agar menyerah saja kepada Babel tanpa mengadakan perlawanan. Tetapi atas nama Allah juga Yehuda mengadakan perlawanan Karena lebih mempercayai nabi palsu. Pada tahun 586 SM Babel berebut Yerusalem. Babel memang adalah simbol kekejaman dunia melalui tindakan tak berperikemanusiaan kepada bangsa yang di kalahkannya melalui peperangan. Prajurit Babel memperlakukan bayi-bayi Yahudi dengan sangat kejam. Mazmur 137 ini menjelaskan kondisi Yehuda di pembuangan Babel.
Di negeri Babel mereka sangat merindukan negeri mereka tetapi hanyalah kerinduan belaka. Sebab mustahil mereka kembali dari pembuangan bila bukan Allah sendiri yang bertindak. Dalam kondisi sulit barulah mereka mengingat ulang nubuat nabi Yeremia. Mungkin saja mereka berkata satu sama lain, sekiranya kita mentaati firman Allah melalui nabi Yeremia, kita tidak akan seperti ini. Sekarang mereka meyakini nubuat nabi Yeremia. Bangsa Yehuda akan tetap tertawan selama tujuh puluh tahun. Selanjutnya Mazmur ini berisi doa umat yang berisi kemarahan dan memohon Allah bertindak membalaskan rasa dendam mereka kepada Babel yang memperlakukan anak-anak mereka secara tidak manusiawi.
Tetapi ada yang sangat menarik yang dijelaskan pemazmur. Pada saat mereka menangis di tepi sungai Babel sambil mengingat Sion, mereka telah kehilangan semangat. Mereka telah berhenti memuji Allah dengan musik seperti biasa mereka lakukan. Mereka telah menggantungkan kecapi pada pohon gandarusa. Ternyata prajurit Babel meminta mereka menyanyikan nyanyian sukacita yang berasal dari Sion.
Dengan kata lain prajurit-prajurit Babel rupanya telah menjadi sangat jemu melakukan tugas sehingga mereka membutuhkan penghiburan untuk membangkitkan semangat mereka. Dalam kondisi sulit umat Allah masih diminta menyanyikan pujian sukacita kepada Allah. Mungkin saja mereka terpaksa melakukan permintaan prajurit Babel yang menawan mereka. Tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa umat Allah menjadikan permintaan prajurit Babel sebagai kesempatan emas untuk memuliakan Allah. Sementara hati mereka terangkat memuliakan Allah dengan pujian sukacita dari Sion, pada saat yang sama mereka telah menjadi berkat kepada prajurit-prajurit Babel.
Para penuai tangguh yang budiman! Melalui fakta yang dialami pemazmur sebagai tawanan ke Babel memberi pesan, bahwa selalu ada kesempatan bagi kita untuk menyatakan kemuliaan Allah. Sebab itu apapun yang terjadi para penuai tetap saja menjadi berkat. Sebab menjadi berkat adalah bagian dari penuaian.