Jumat 23 Februari 2018
ALLAH MENEGUHKAN HATI
(Yehezkiel 2:1-10)
Nabi Yehezkiel adalah nabi yang ikut terbuang ke Babel. Allah mengizinkan umat-Nya terbuang ke Babel adalah bagian dari rancangan-Nya agar mengenal Allah. Sejak awal Allah memilih umat-Nya untuk menjadi berkat bagi segala bangsa. Tetapi dalam perjalanan dalam gerak sejarah ternyata bangsa itu cenderung menjadi bangsa yang eksklusif dan menyimpan berkat Allah untuk kalangan bangsa sendiri. Janji Allah menjadikan umat-Nya menjadi berkat bagi semua bangsa adalah merupakan janji menjadikan umat-Nya menjadi penuai bangsa-bangsa lain bagi Allah.
Gagasan penuaian ternyata bukanlah semata-mata gagasan Perjanjian Baru. Alkitab Perjanjian Lama pun ternyata menunjukkan bahwa hati Allah selalu merindukan agar semua bangsa datang untuk menyembah dan mengenal Dia. Kitab Yehezkiel adalah merupakan kitab yang secara gamblang memberi informasi bahwa Allah ingin dirinya dikenal oleh semua bangsa. Kitab Yehezkiel ditulis selama periode pembuangan di Babel. Umat-Nya terbuang ke Babel karena keterlibatan mereka kepada penyembahan berhala dan kemerosotan moral yang parah. Tetapi bukan itu saja tetapi karena umat-Nya gagal melakukan panggilannya sebagai penuai terutus yang seharusnya menjadi berkat bagi semua bangsa. Ternyata bukan hanya bangsa Israel yang dirindukan Allah untuk mengenal diri-Nya. Agar bangsa lain dapat mengenal Allah Israel harus menjadi saksi yang murni, tidak terlibat dengan penyembahan berhala dan harus bersih dari dosa.
Dalam perjalanan sejarah ternyata bangsa Israel telah menjadi bangsa pemberontak. Dan kepada bangsa pemberontak inilah Allah mengutus nabi Yehezkiel. Secara keseluruhan bangsa ini bukan menyadari kesalahan meskipun terbuang ke negeri asing. Tetapi sebagian kecil justru menyatakan ketaatannya. Di antaranya adalah nabi Yehezkiel. Nabi Yehezkiel harus memperkatakan kebenaran kepada umat pemberontak. “Sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak, Sebab mereka adalah pemberontak” (Yehezkiel 2:7). Dari dalam dirinya Yehezkiel betul-betul tidak mampu, tetapi ternyata Allah meneguhkan hati Yehezkiel. Bagi Yehezkiel sedikit saja mau mentaati Allah sudah cukup menyenangkan. Terbukti bahwa yang sedikit itu telah mampu menyatakan keberadaan Allah, membuat raja raja di negeri pembuangan mengakui Allah. Tujuan-tujuan Allah agar bangsa lain mengakui dan mengenal-Nya justru terealisasi saat bangsa pemberontak itu terbuang ke negeri asing.
Hai penuai tangguh teguhkanlah hatimu. Betul tidak mudah berhadapan dengan para pemberontak. Tetapi tetaplah perkatakan kebenaran karena hati yang teguh adalah pembuktian bahwa Allah itu nyata dan Mujizat masih ada.