Rabu 07 Februari 2018
KESEIMBANGAN
Kejadian 2:1-3; Keluaran 20:8-11; Keluaran 34:21
Sejak semula Allah dalam merancang kehidupan manusia dengan kemampuan untuk bekerja. Mulai dari bekerja ringan sampai bekerja keras manusia yang tercipta sesuai rancangan Allah itu mampu menjalaninya. Tetapi karena manusia adalah ciptaan, diapun terbatas. Kekuatan dan tenaga yang tersedia dalam tubuhnya sungguh sangat terbatas. Itulah sebabnya Allah merancang manusia ciptaan-Nya itu dengan berbagai kebutuhan. Manusia memang membutuhkan pekerjaan untuk dikerjakan tetapi diapun mempunyai kebutuhan untuk beristirahat. Allah pun menyediakan siang untuk bekerja dan malam untuk beristirahat.
Allah menyediakan bekerja dan beristirahat harian tetapi Allah juga menyediakan waktu bekerja mingguan dan beristirahat mingguan. Dan ternyata beristirahat mingguan menjadi sesuatu yang sangat ditekankan dan diistimewakan, bahkan secara langsung mengatur pelaksanaannya. Kalau Allah mengatur pelaksanaannya selalu lengkap dengan tujuannya. Bukan hanya itu saja, tetapi Allah juga menawarkan dan menjanjikan keuntungan bagi yang mentaatinya. Juga menjelaskan beberapa konsekuensi bagi yang mengabaikannya. Biasanya kita memahami dan menerima konsep keseimbangan antara bekerja dan beristirahat tetapi saat kemalasan datang kita tergoda bermalas-malasan atas nama istirahat. Bila keinginan dan kebutuhan akan uang meningkat kita menjadi gila kerja atas nama kebutuhan. Padahal sesungguhnya bila kita mentaati firman Tuhan enam hari kerja saudara jauh lebih produktif dari tujuh hari kerja. Hari ketujuh ditetapkan Allah sebagai hari beristirahat yang digunakan mengevaluasi dan memberkatinya sebagai waktu yang istimewa. Berarti menjadi hari berkat bagi umat-Nya yang dapat digunakan hari untuk beristirahat. Istirahat adalah bagian dari bekerja. Istirahat adalah memberikan kesempatan kepada tubuh untuk mengembalikan lagi kekuatannya yang tersita selama enam hari. Hari ketujuh itu dikuduskan, artinya dipisahkan sebagai hari yang berbeda dari hari lainnya. Setelah enam hari tersita untuk bekerja maka satu hari perlu memusatkan perhatian kepada keabadian.
Setelah enam hari bekerja untuk hal-hal jasmaniah satu hari perlu digunakan fokus kepada yang rohaniah. Hari ketujuh itu kesempatan untuk mengisi nutrisari rohani sebagai milik Allah untuk terjun terutus lagi berkarya enam hari kedepan. Hari ketujuh bukan saja mengatur perlu keseimbangan antara bekerja dan beristirahat tetapi juga mengatur keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani. Hari ketujuh bukan saja mengatur keseimbangan memberikan waktu untuk diri sendiri dan untuk Tuhan, tetapi juga mengatur keseimbangan membangun ekonomi dan membangun rohani.
- M1 – Menerima : Terima firman dengan percayai Allah menganjurkan agar kehidupan kita mempunyai keseimbangan.
- M2 – Merenungkan : Jelaskan pengertian seruan keseimbangan melalui pembacaan hari ini.
- M3 – Melakukan : Milikilah keseimbangan dalam hidup saudara.
- M4 – Membagikan : Bagikan perlunya pentingnya keseimbangan kepada yang lain.