Sabtu 20 Desember 2025
SALOOM, SYALOM, SHALOM
Bacaan Sabda : Lukas 15:8-10
“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 15:10)
Belakangan ini, kata syalom semakin dikenal luas sebagai salam khas umat Kristen. Bahkan dalam pidato-pidato resmi, para pejabat negara pun sering menggunakannya sebagai pengganti ucapan “salam sejahtera.” Tidak ada yang salah dengan hal itu, karena kata syalom memang mengandung makna yang sangat indah. Namun, perlu diingat bahwa syalom bukan sekadar kata pembuka percakapan atau basa-basi penghantar pertemuan. Kata ini menyimpan makna rohani yang dalam.
Dalam kitab Yesaya pasal 9, Yesus disebut sebagai Raja Syalom atau Raja Damai. Kedua istilah ini tidak boleh diartikan sempit hanya sebagai ajakan berjabat tangan atau keadaan tanpa peperangan. Sebutan “Raja Syalom” bagi Yesus bermakna jauh lebih luas.
Bila sebuah bangsa hidup dalam persatuan tanpa perpecahan dan tanpa pengkotak-kotakan, maka bangsa itu sedang hidup dalam syalom, yaitu keadaan keutuhan dan keselarasan. Jika dua orang atau dua kelompok yang sebelumnya bertikai kemudian berdamai, memulihkan hubungan, bahkan menjadi lebih akrab daripada sebelumnya, maka keadaan itu juga disebut syalom — suatu keharmonisan yang sejati.
Demikian pula dalam kehidupan sehari-hari: setelah menabur, menanam, dan merawat dengan sabar, tibalah masa panen. Bila hasilnya melimpah dan kebutuhan hidup tercukupi, maka keadaan itu disebut syalom, karena ada kesejahteraan dan berkat di dalamnya.
Atau ketika seseorang menempuh perjalanan panjang melalui jalan yang sulit dan berbahaya, namun akhirnya tiba di tujuan dengan selamat, itu pun disebut syalom, yang berarti keselamatan.
Dengan demikian, makna kata syalom mencakup begitu banyak hal yang indah: keutuhan, keharmonisan, kesejahteraan, keberkatan, keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban. Semuanya menggambarkan keadaan yang berada “sebagaimana seharusnya.”
Yesus adalah Raja Syalom dan Raja Damai yang datang membawa damai sejahtera bagi seluruh umat manusia. Terimalah Dia, maka Dia akan memenuhi setiap aspek kehidupan kita dengan syalom-Nya yang sejati.
Dan mengenai cara pengucapan — apakah “saloom,” “syalom,” atau “shalom” — tidak perlu diperdebatkan, karena semuanya hanyalah perbedaan lidah dan budaya. Yang penting adalah maknanya. MT
Biarkan berbeda dalam tulisan, kata dan pengucapannya yang penting adalah makna Shalom – Damai sejahtera.








