Senin 15 Desember 2025
KESUKAAN SEJATI
Bacaan Sabda : Mazmur 1 : 1-6
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.” (Mazmur 1 : 1)
Apakah sesungguhnya yang membuat penuaian itu menghasilkan sukacita? Jika berbicara tentang penuaian dalam dunia pertanian, alasannya sangat jelas — hasil panenlah yang menjadi sumber sukacita. Hasil panen dapat dilihat dan diukur secara nyata. Namun, dalam kehidupan rohani sebagai umat beriman yang terus melayani Tuhan, “menabur” tidaklah semudah itu untuk diukur hasilnya. Karena itu, alasan untuk bersukacita pun tidak selalu terlihat secara kasat mata.
Penulis ingin mengusulkan satu bentuk sukacita sejati yang perlu kita nikmati pada masa penuaian rohani. Penuaian itu tidak selalu tampak dalam diri orang lain, tetapi justru dapat terjadi dalam diri kita sendiri.
Dalam pembacaan Mazmur 1:1–6, kita menemukan dua tipe manusia:
- Orang fasik, dan
- Orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik.
Orang fasik adalah mereka yang hidup dalam dosa dan tidak mau bertobat. Hidup mereka diibaratkan seperti sekam yang ditiup angin, terbawa oleh kekuatan yang tak terlihat. Mereka menyerahkan diri kepada kekuatan itu sehingga hidup mereka lama-kelamaan terbentuk untuk selalu berbuat dosa. Dosa menjadi penguasa yang tidak mereka lawan.
Padahal, seharusnya manusia berdosa tunduk kepada Allah agar dapat mengalahkan kuasa iblis, sebagaimana tertulis dalam Yakobus 4:7, “Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari daripadamu.”
Saat kefasikan dalam diri seseorang terusir karena ia mau tunduk dan berserah kepada Allah, di situlah terjadi pertobatan. Dan ketika pertobatan terjadi, itulah sukacita sejati — sukacita penuaian rohani.
Pertobatan adalah kata yang seharusnya akrab bagi semua umat beriman, termasuk para pemimpin gereja. Pertobatan utama memang terjadi satu kali, yaitu saat seseorang mengambil keputusan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun, pertobatan sebagai pembaruan moral dan perjalanan menuju kekudusan harus terus berlangsung seumur hidup.
Inilah ciri khas orang benar — mereka yang kesukaannya adalah Firman Tuhan.
Membangun kehidupan di sekitar Firman Allah akan selalu menghasilkan pembaruan moral dan akal budi, atau dengan kata lain, pertobatan yang terus-menerus.
Orang benar hidup dengan merenungkan Firman Tuhan siang dan malam, sehingga Firman itu membentuk pikiran, sikap, dan tindakan mereka. Saat pembentukan ini terjadi dengan baik, di sanalah terdapat penuaian rohani yang menghasilkan sukacita sejati — sukacita karena hidup semakin serupa dengan Kristus. MT
Hidup dekat dengan Allah menghasilkan pembaruan moral dan akal budi.








